Gelombang Kebangkrutan Terjang Dunia, 12 Perusahaan Raksasa Tumbang Sepanjang 2024

--

Radarlambar.bacakoran.co - Kondisi makroekonomi global yang penuh tekanan sepanjang tahun 2024 memaksa sederet perusahaan raksasa dunia mengambil jalan terakhir: mengajukan kebangkrutan. Dari sektor ritel, restoran, hingga maskapai penerbangan, total sedikitnya 19 perusahaan besar menyatakan bangkrut dan menyebabkan lebih dari 14.000 pekerja kehilangan pekerjaan.

Tekanan daya beli masyarakat akibat inflasi dan ketidakpastian ekonomi global menyebabkan banyak perusahaan tidak mampu lagi mempertahankan pendapatan dan profitabilitas. Data perusahaan riset CoreSight Research bahkan mencatat lebih dari 7.100 toko tutup sepanjang tahun, meningkat 69% dibanding tahun sebelumnya. Fenomena ini menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi pasca-pandemi tidak merata dan masih menyisakan tantangan besar.

Sejumlah perusahaan yang selama ini dikenal dekat dengan konsumen Indonesia turut menjadi korban. Salah satunya adalah Tupperware, merek yang identik dengan wadah plastik rumah tangga. Setelah bertahun-tahun menghadapi penurunan penjualan dan tekanan finansial, perusahaan asal Massachusetts ini akhirnya mengajukan kebangkrutan. Namun, nasib Tupperware masih terselamatkan setelah pengadilan AS menyetujui rencana restrukturisasi dengan penjualan merek dan aset utama kepada sekelompok pemberi pinjaman.

Tak hanya Tupperware, Joann, pengecer kain dan kerajinan yang sudah beroperasi lebih dari delapan dekade, juga tumbang. Joann terkena dampak pemangkasan pengeluaran rumah tangga untuk produk seni dan kerajinan, meski hingga kini 850 tokonya masih tetap beroperasi.

Dari sektor restoran, Red Lobster dan TGI Fridays yang pernah berjaya sebagai jaringan makanan keluarga di AS, terpaksa merestrukturisasi bisnis usai kehilangan daya saing dan gagal beradaptasi dengan selera konsumen yang berubah. Red Lobster bahkan harus menutup lebih dari 100 gerai sebelum akhirnya bangkit dengan kepemimpinan baru.

Industri penerbangan pun tak luput dari tekanan. Spirit Airlines, maskapai berbiaya rendah yang dikenal dengan warna kuning cerahnya, terseret ke jurang kebangkrutan karena akumulasi utang dan ketatnya persaingan. Proses restrukturisasi dilakukan agar perusahaan dapat kembali beroperasi dengan struktur keuangan yang lebih sehat.

Sementara itu, nama-nama seperti Big Lots, Bowflex, Express, Party City, LL Flooring, Stoli, dan True Value menjadi tambahan dalam daftar perusahaan besar yang tak mampu bertahan menghadapi perubahan perilaku konsumen, tekanan utang, serta dampak dari pandemi dan inflasi global.

Banyak di antara perusahaan-perusahaan tersebut memanfaatkan status kebangkrutan bukan untuk menutup seluruh operasional, tetapi sebagai langkah strategis merestrukturisasi utang, menutup toko-toko tidak produktif, dan mencari pembeli atau mitra strategis.

Kebangkrutan massal yang terjadi sepanjang 2024 menjadi pengingat bahwa dalam ekosistem bisnis global yang sangat kompetitif dan cepat berubah, adaptasi dan efisiensi adalah kunci bertahan. Bagi konsumen Indonesia, situasi ini menunjukkan pentingnya memahami dinamika global karena banyak merek favorit yang ternyata tidak luput dari krisis global.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan