Tesla di Ujung Tanduk: Dewan Direksi Desak Elon Musk Mundur, Protes di AS dan Luar Negeri Semakin Memanas

Tesla di Ujung Tanduk Dewan Direksi Desak Elon Musk Mundur, Protes di AS dan Luar Negeri Semakin Memana. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Tesla kini tengah berada dalam krisis yang semakin memburuk. Tak hanya soal penurunan performa penjualan, tetapi juga reputasi dan hubungan internal yang semakin terpuruk. Menurut laporan terbaru dari Clean Technica, jajaran direksi Tesla, yang dikenal selama ini cenderung diam dan tidak sepenuhnya independen, kini mulai merasa gerah dengan kondisi yang ada. Bahkan, ada kabar bahwa dewan direksi telah meminta Elon Musk untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Tesla, meski dengan opsi ia tetap berperan di dalam perusahaan.
Saat ini, belum ada kejelasan siapa yang akan menggantikan posisi Musk sebagai CEO. Namun, kabar terbaru menyebutkan bahwa Elon Musk kemungkinan besar tidak akan bisa ikut dalam pengambilan keputusan penting perusahaan hingga ia tidak lagi terkait langsung dengan merek yang ia dirikan. Musk tetap dapat berperan di Tesla, namun perannya akan terbatas, dan pengaruhnya diperkirakan akan semakin berkurang.
Kondisi Tesla semakin runyam dengan penurunan angka penjualan sepanjang tahun 2024. Selain itu, Tesla harus menghadapi persaingan yang sangat ketat dari produsen mobil asal China, BYD, yang terus menggerus pangsa pasar Tesla di segmen mobil listrik. Namun, yang lebih memprihatinkan adalah krisis kepercayaan publik terhadap Tesla akibat keterlibatan Musk dalam berbagai kontroversi.
Kontroversi Elon Musk di Pemerintahan Trump
Elon Musk semakin memperburuk citra Tesla setelah bergabung dengan Pemerintahan Presiden Donald Trump sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Langkah ini turut menyeret nama Tesla ke dalam berbagai kontroversi politik yang semakin memperburuk citra perusahaan. Tindakan Musk ini memicu gelombang protes di dalam negeri dan luar negeri, yang semakin memperburuk kondisi Tesla.
Protes dan Kekerasan yang Mengarah pada Tesla
Gelombang protes di Amerika Serikat terkait peran Elon Musk dalam pemerintahan Trump turut berdampak langsung pada Tesla. Sejumlah mobil Tesla menjadi sasaran vandalisme dan aksi kekerasan. Bahkan, banyak pemilik Tesla yang merasa terpaksa harus menyembunyikan identitas kendaraan mereka dengan merek lain agar tidak menjadi target protes.
Tidak hanya di AS, kekerasan terhadap Tesla juga terjadi di negara lain. Beberapa mobil Tesla bahkan dibakar oleh sekelompok orang yang marah, dan beberapa pelaku tindakan tersebut dihadapkan pada dakwaan pidana dengan kategori terorisme.
Situasi Tesla Makin Panas: "Panic Room" di Dealer Tesla
Mengingat eskalasi protes dan kerusuhan yang semakin meluas, beberapa diler Tesla di AS terpaksa menyediakan ruang perlindungan khusus atau yang dikenal dengan nama "Panic Room" untuk melindungi karyawan dan aset perusahaan dari potensi ancaman. Tindakan ini menunjukkan betapa parahnya situasi yang dihadapi Tesla saat ini.
Masa Depan Tesla: Semakin Berat?
Tesla kini dihadapkan pada dilema besar, baik dari segi internal perusahaan maupun eksternal di pasar global. Dengan semakin meningkatnya ketegangan antara Elon Musk, dewan direksi, dan protes masyarakat, masa depan Tesla tampaknya semakin berat. Perusahaan yang dulunya menjadi simbol kesuksesan di dunia otomotif kini harus berjuang keras untuk membalikkan keadaan.
Menyongsong Kumparan New Energy Vehicle Summit 2025
Di tengah ketidakpastian ini, industri otomotif berkelanjutan tetap menjadi sorotan. Kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 yang akan digelar pada Selasa, 6 Mei 2025, di MGP Space, SCBD Park, bertema “Sinergi Menuju Industri Otomotif Berkelanjutan.” Forum diskusi ini akan menghadirkan para pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk berbagi wawasan mengenai masa depan industri otomotif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tesla masih memiliki peluang untuk bertransformasi dan kembali menjadi pemimpin industri, tetapi tantangan yang ada tidak bisa dipandang remeh. Segala keputusan yang diambil dalam waktu dekat akan menjadi penentu bagi kelangsungan dan arah masa depan perusahaan. (*)