Mendag Zulhas Sebut Indonesia Pilih Diplomasi Hadapi Tarif Dagang AS

Menko Pangan Zulkifli Hasan menegaskan Indonesia akan mengambil langkah diplomasi dalam menghadapi perang dagang dengan AS. Foto:CNN Indonesia--
Radarlambar.bacakoran.co- Pemerintah Indonesia menegaskan sikapnya untuk tidak mengambil langkah balasan atas kebijakan tarif dagang yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyampaikan bahwa Indonesia lebih mengedepankan jalur diplomasi dan negosiasi ketimbang membalas dengan tindakan serupa.
Langkah ini diambil sebagai respons atas rencana pemerintah AS yang akan mengenakan tarif impor terhadap sejumlah produk, termasuk dari Indonesia.
Dalam suasana Halal Bihalal di Kemenko Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Zulhas menyampaikan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk mempercepat proses diplomasi perdagangan ke Amerika Serikat.
Pemerintah memandang bahwa hubungan dagang harus dibangun atas dasar saling membutuhkan. Oleh karena itu, berbagai opsi negosiasi terbuka, termasuk peluang ekspor produk unggulan seperti telur, yang kini sedang mengalami surplus di dalam negeri. Indonesia juga tercatat memiliki cadangan beras yang cukup besar, bahkan menduduki salah satu yang tertinggi di kawasan ASEAN.
Strategi menjaga kedaulatan pangan nasional pun menjadi prioritas utama, menyikapi dinamika global yang kian tidak menentu. Presiden Prabowo disebut telah mengantisipasi potensi tensi dalam perdagangan internasional sejak awal, dengan menekankan pentingnya kemandirian, khususnya di sektor pangan.
Dalam konteks ini, Indonesia disebut tidak bergantung sepenuhnya pada negara mitra dagang, melainkan memanfaatkan setiap peluang untuk memperkuat posisi tawar. Langkah diplomasi dianggap lebih produktif dalam menjalin kesepahaman bersama, apalagi mengingat ketergantungan Indonesia terhadap impor sejumlah komoditas penting dari AS seperti gandum dan kedelai.
Pemerintah juga memandang bahwa kondisi krisis pangan di beberapa negara besar, termasuk Amerika Serikat, dapat menjadi celah strategis bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor. Oleh karena itu, peluang untuk memperluas pasar ekspor ke AS terus dikaji dan dipersiapkan sebagai bagian dari diplomasi ekonomi yang lebih luas.
Dalam kebijakan tarif yang diumumkan oleh Trump, Indonesia termasuk di antara negara-negara yang terdampak dengan tarif sebesar 32 persen, lebih tinggi dibanding Malaysia, Jepang, atau Filipina.
Namun, pemerintah menilai tekanan tersebut bukan alasan untuk memperkeruh hubungan dagang, melainkan menjadi dorongan untuk memperkuat posisi dalam forum negosiasi bilateral dan internasional.
Dengan komitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri dan memperluas jejaring perdagangan luar negeri, Indonesia tetap memilih jalur dialog sebagai fondasi penyelesaian sengketa dagang.(*)