China Siap Hancurkan Armada AS dalam 20 Menit, Pentagon Waspada

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth.-Foto Dok/Net -
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Amerika Serikat kini menghadapi ancaman serius dari kekuatan militer China yang terus berkembang pesat, khususnya dalam teknologi rudal hipersonik. Pentagon mengungkap, dalam simulasi konflik bersenjata, China mampu menenggelamkan seluruh kapal induk AS hanya dalam waktu 20 menit.
Sebanyak 15 rudal hipersonik disebut cukup untuk melumpuhkan 10 kapal induk sekaligus—simulasi yang membuat posisi dominan militer AS di lautan menjadi bahan evaluasi besar. Kapal induk, sebagai simbol kekuatan global AS, dinilai tak lagi aman menghadapi serangan cepat dan presisi tinggi dari rudal-rudal modern China.
Simulasi lainnya juga menunjukkan pola serupa: AS terus kalah dalam berbagai skenario perang melawan China. Penyebab utamanya adalah lambatnya sistem birokrasi dan pengadaan senjata, yang tak mampu menyaingi laju modernisasi militer Negeri Tirai Bambu.
Di luar medan tempur, China juga semakin berpengaruh secara strategis. Terusan Panama, jalur pelayaran penting yang dilalui sekitar 40% lalu lintas peti kemas AS, kini berada dalam bayang-bayang ekspansi pengaruh Beijing. Sejak Panama mengakui China secara diplomatik pada 2017, investasi besar-besaran terus mengalir, termasuk penguasaan pelabuhan oleh perusahaan Hong Kong yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah China.
Sebagai respons, AS dan Panama menandatangani kesepakatan militer baru. Perjanjian ini memungkinkan personel militer AS kembali hadir di fasilitas strategis Panama, demi menjaga kestabilan kawasan dan mencegah dominasi China.
Sementara itu, laporan resmi Departemen Pertahanan AS menyoroti dua senjata unggulan China: rudal hipersonik DF-17 dan DF-27. DF-17 sudah aktif sejak 2020, sementara DF-27 diperkirakan mampu menjangkau hingga 8.000 km, cukup untuk mencapai Alaska dan Hawaii. Rudal-rudal ini diproyeksikan akan terus memperkuat kekuatan serangan jarak jauh militer China.
Situasi ini menunjukkan bahwa keunggulan militer AS tak lagi mutlak. Tantangan baru dari China, baik dalam teknologi maupun geopolitik, menjadi alarm serius bagi pertahanan global AS. (*)