Tugu IKN Bertuliskan 'Lorem Ipsum' Ini Sejarah dan Artinya

Sebuah foto yang memperlihatkan Tugu Titik Nol di IKN yang bertuliskan kalimat teks dummy 'Lorem Ipsum' viral di media sosial. Foto: Istockphoto--

Radarlambar.bacakoran.co- Fenomena viral mengenai tulisan "Lorem Ipsum" yang terpampang di Tugu Titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN) memang memicu gelombang kritik dan tawa di media sosial.

Banyak warganet mempertanyakan bagaimana mungkin teks dummy atau teks tiruan tersebut bisa muncul di sebuah monumen resmi yang menjadi simbol penting proyek nasional.

Sebetulnya, "Lorem Ipsum" adalah teks standar yang biasa digunakan oleh para desainer grafis, penerbit, dan pengembang web sebagai placeholder atau pengisi sementara dalam sebuah desain atau tata letak.

Teks ini dipakai bukan untuk menyampaikan makna, tetapi semata-mata untuk memperlihatkan bentuk visual dari sebuah dokumen, tata letak majalah, website, atau bahkan prasasti sebelum teks aslinya dimasukkan.

Mengutip Britannica, teks Lorem Ipsumberasal dari bahasa Latin, meskipun susunannya tidak sepenuhnya masuk akal dalam tata bahasa Latin modern. Kata-katanya merupakan hasil olahan dari karya klasik Romawi kuno, khususnya dari De finibus bonorum et malorum (Tentang Akhir dari Kebaikan dan Kejahatan), sebuah karya filsafat yang ditulis oleh Cicero pada tahun 45 SM.

Versi teks tiruan Lorem Ipsum yang umum dipakai di dunia desain muncul pertama kali sekitar tahun 1500-an dan menjadi populer kembali pada 1960-an melalui lembaran Letraset—alat bantu desain pra-komputer yang memungkinkan teks digosok ke permukaan desain.

Pada 1980-an, Lorem Ipsum diadopsi oleh perangkat lunak penerbitan desktop seperti Aldus PageMaker, dan kemudian oleh berbagai pengolah kata serta sistem manajemen konten seperti Microsoft Word, Joomla!, dan WordPress. Sejak saat itu, teks ini digunakan luas di berbagai bidang kreatif dan teknis.

Kasus di IKN ini kemungkinan besar merupakan akibat dari kelalaian dalam proses pra-produksi desain—di mana teks dummy belum diganti dengan teks resmi, tetapi sudah terlanjur diproduksi dan dipasang. Fenomena ini bukan hal baru dalam dunia desain, namun menjadi ironi ketika terjadi pada proyek monumental yang menjadi sorotan nasional dan internasional.

Insiden ini seharusnya menjadi pelajaran penting dalam proses pengawasan mutu, khususnya pada proyek-proyek pemerintah yang bernilai simbolis tinggi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan