Aset Global Mengalir dari AS ke Eropa dan Jepang

Ilustrasi. -Foto FX.jpg-
Radarlambar.bacakoran.co – Dinamika baru tengah mewarnai lanskap keuangan dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa saat ini banyak dana internasional yang bergerak meninggalkan Amerika Serikat, beralih menuju kawasan yang dinilai lebih stabil seperti Eropa dan Jepang. Tidak hanya itu, instrumen investasi konvensional seperti emas pun kembali menjadi pilihan utama bagi investor yang menghindari risiko.
Pergerakan ini memperlihatkan kecemasan pelaku pasar terhadap ketidakpastian ekonomi di Negeri Paman Sam. Salah satu faktor yang memicu reaksi ini adalah kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Langkah tersebut dinilai menciptakan gangguan dalam iklim perdagangan global dan memicu sentimen negatif di kalangan pelaku keuangan.
Konflik perdagangan antara AS dan China turut memperburuk keadaan. Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, China dikenai tarif yang sangat tinggi, bahkan mencapai angka 245 persen. Langkah balasan dari pihak Tiongkok memicu ketegangan lebih luas, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan.
Sri Mulyani menilai bahwa kebijakan proteksionis yang agresif seperti ini justru dapat menghambat ekspansi ekonomi Amerika dan memicu lonjakan inflasi. Ketidakpastian ini mendorong investor untuk mencari perlindungan melalui instrumen atau wilayah yang lebih aman, sehingga mendorong arus keluar dari banyak negara berkembang.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengamati fenomena serupa. Menurutnya, situasi global yang tidak stabil menyebabkan para pemilik modal lebih memilih untuk menempatkan dananya pada aset-aset yang memiliki reputasi stabil. Aset-aset tersebut antara lain obligasi pemerintah dari negara maju seperti Jepang dan negara-negara di kawasan Eropa, serta logam mulia seperti emas.
Perpindahan dana secara besar-besaran ini memberikan tekanan terhadap nilai tukar di banyak negara berkembang. Perubahan arus modal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan dalam satu negara besar dapat memberikan efek berantai yang signifikan terhadap kestabilan keuangan global, menimbulkan tantangan baru yang perlu dicermati dengan cermat oleh negara-negara di seluruh dunia. (*/rinto)