UKBI Jadi Barometer Kebahasaan Lampung

SUASANA Rakor Persiapan Pelaksanaan UKBI Adaptif. Rakor ini diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Lampung (BBPL). -Foto Humas Balai Bahasa Provinsi Lampung-

Radarlambar.bacakoran.co – Balai Bahasa Provinsi Lampung (BBPL) bergerak cepat mempersiapkan pelaksanaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif. Melalui rapat koordinasi yang digelar di Ruang Rapat Sai Batin, Selasa (27/5), BBPL memastikan seluruh elemen pendidikan siap mendukung uji kompetensi bahasa ini.

Sebanyak 13 perwakilan dari unsur Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, MKKS, KKM, MGMP, serta akademisi turut hadir dan menyatukan persepsi demi suksesnya pelaksanaan UKBI tahun ini. Rapat dibuka langsung oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Lampung, Halimi Hadibrata, M.Pd., yang menekankan pentingnya UKBI sebagai instrumen pemetaan indeks kebahasaan di daerah.

“UKBI bukan sekadar tes, tapi cermin kemampuan berbahasa Indonesia warga kita. Hasilnya bisa menjadi indikator indeks kebahasaan Lampung sekaligus bahan evaluasi peningkatan mutu,” jelas Halimi.

Ia juga mendorong Dinas Pendidikan serta Kementerian Agama, baik di tingkat kota maupun provinsi, untuk aktif memfasilitasi UKBI di satuan pendidikan. Menurutnya, kolaborasi antarinstansi menjadi kunci utama keberhasilan implementasi program ini secara luas.

Sementara itu, Ketua Tim Kerja UKBI BBPL, Dina Ardian, memaparkan mekanisme uji kemahiran secara adaptif, yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peserta. Tes meliputi aspek menyimak, membaca, dan respons kaidah. Meski belum mencakup keterampilan menulis dan berbicara, hasil UKBI tetap dinilai cukup menggambarkan tingkat kemahiran berbahasa seseorang.

“Pelajar SMP dan SMA/sederajat menjadi sasaran utama kami. Ini bagian dari upaya menyebarluaskan UKBI sebagai alat ukur dan pembinaan bahasa Indonesia sejak dini,” terang Dina.

Peserta rapat juga sempat mengikuti simulasi dan pengujian daring UKBI. Hasilnya beragam, mulai dari kategori semenjana hingga sangat unggul. Menariknya, sebagian peserta mengaku baru pertama kali mengikuti uji kemahiran formal terkait bahasa ibu mereka sendiri.

Dalam sesi refleksi, seorang peserta menyampaikan bahwa berbahasa Indonesia tak cukup hanya memahami struktur. “Kita juga harus bisa menangkap makna yang tersurat dan tersirat. Ini yang membuat UKBI terasa menantang sekaligus membuka wawasan,” ujarnya.

BBPL berharap UKBI bisa menjadi agenda rutin dan terintegrasi dengan kebijakan pendidikan daerah, sehingga upaya peningkatan kualitas berbahasa Indonesia dapat dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. (*/nopri)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan