Awas Perang Arab! Rusia Garap 8 Proyek Nuklir Iran

Foto REUTERS-Reuters TV--

Radarlambar.bacakoran.co- Rusia dikabarkan memenangkan kontrak strategis untuk membangun delapan unit pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Iran, di tengah ketegangan geopolitik terkait program nuklir Teheran yang terus disorot negara-negara Barat.

Empat dari delapan pembangkit itu direncanakan dibangun di Bushehr, lokasi fasilitas nuklir sipil pertama Iran yang telah beroperasi sejak 2011 dan dibangun oleh Rusia melalui perusahaan nuklir negara Rosatom. Informasi ini disampaikan oleh Ebrahim Rezaei, Juru Bicara Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Iran.

Bushehr selama ini menjadi pusat program energi nuklir sipil Iran, dan proyek ekspansi ini menandakan peningkatan skala dan ambisi energi nuklir negara tersebut. Rosatom dipastikan kembali menjadi mitra utama dalam proyek ini, melanjutkan kerja sama nuklir yang telah terjalin lebih dari satu dekade.

Selain Bushehr, Iran juga telah memulai pembangunan PLTN besar di provinsi Hormozgan, dengan kapasitas 5.000 MW dari empat reaktor berdaya 1.250 MW masing-masing. Proyek ini diberi nama Iran-Hormoz dan disebut-sebut sebagai salah satu proyek infrastruktur energi terbesar di kawasan tersebut, dengan nilai investasi mencapai US\$ 15 miliar.

Menteri Perminyakan Iran Mohsen Paknejad menyatakan bahwa Rusia akan mendanai sebagian besar pembangunan infrastruktur baru ini, termasuk tahap kedua dan ketiga dari PLTN Bushehr, melalui skema kredit antarnegara. Hal ini memperkuat kemitraan energi strategis antara Teheran dan Moskow.

Penguatan hubungan bilateral ini diperkuat dengan ratifikasi perjanjian kemitraan strategis 20 tahun antara Iran dan Rusia oleh parlemen Iran pada Mei lalu. Kesepakatan tersebut mencakup sektor ekonomi, pertahanan, serta kerja sama teknologi tinggi, termasuk sektor nuklir.

Namun, pengumuman proyek besar ini datang di tengah tekanan internasional terhadap Iran terkait aktivitas nuklirnya. Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat menuduh Iran menyalahgunakan program nuklir sipilnya untuk kepentingan militer, tuduhan yang terus dibantah keras oleh pemerintah Iran.

Situasi kian memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengambil tindakan militer jika perundingan nuklir tidak menunjukkan kemajuan. AS juga telah mengirimkan tambahan kekuatan militer ke kawasan Timur Tengah, termasuk pengerahan pesawat pengebom strategis B-2 dan kapal induk.

Kabar terbaru juga menyebutkan rencana Washington untuk mengevakuasi sebagian diplomatnya dari Irak, negara yang memiliki kedekatan strategis dengan Iran, sebagai langkah antisipasi meningkatnya risiko konflik terbuka.

Konstruksi delapan PLTN baru ini bukan hanya soal pengembangan energi, tetapi juga mencerminkan konstelasi geopolitik baru yang memperlihatkan Iran dan Rusia semakin mengonsolidasikan kerja sama strategisnya di tengah isolasi dari Barat.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan