Mengenal Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran yang Kekuatannya Melebihi Presiden

Khamenei Tegaskan Iran Siap Membalas Jika Diserang oleh AS. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co -Nama Ayatollah Ali Khamenei kembali menjadi perhatian publik internasional di tengah dinamika politik Iran. Banyak pihak di luar negeri masih salah kaprah menyangka dirinya sebagai Presiden Iran, padahal jabatan itu kini dipegang oleh Masoud Pezeshkian, presiden terpilih hasil pemilu terbaru.
Ali Khamenei telah menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi (Supreme Leader) Republik Islam Iran sejak 1989, menggantikan pendiri negara tersebut, Imam Khomeini. Dalam sistem politik Iran, posisi Pemimpin Tertinggi berada di puncak kekuasaan negara, melampaui kewenangan presiden. Ia berperan sebagai kepala negara de facto, panglima tertinggi angkatan bersenjata, serta pengambil keputusan akhir dalam kebijakan strategis nasional.
Khamenei lahir di kota Mashhad pada 15 atau 16 Juli 1939 dari keluarga ulama Syiah yang hidup sederhana. Ia merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis Hasan dan Husain (Sayyid). Pendidikan agamanya dimulai sejak kecil di maktab, lalu dilanjutkan di seminari-seminari Islam ternama di Mashhad, Qom, dan Najaf. Di sinilah ia memperdalam ilmu logika, filsafat, hingga hukum Islam.
Aktivismenya muncul sejak muda, terutama saat melawan pemerintahan monarki Shah Pahlevi. Ia sempat ditangkap dan diasingkan beberapa kali oleh aparat keamanan rezim saat itu. Perjuangannya mencapai puncak saat Revolusi Islam meletus pada 1979 dan berhasil menggulingkan monarki, membuka jalan bagi sistem Republik Islam Iran.
Pasca-revolusi, Khamenei menempati sejumlah posisi strategis, termasuk menjadi anggota Dewan Revolusi, Imam Salat Jumat di Teheran, hingga Wakil Menteri Pertahanan. Ia juga terpilih menjadi Presiden Iran pada 1981 dan menjabat selama dua periode hingga 1989. Setelah wafatnya Imam Khomeini, Majelis Ahli Iran menunjuk Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi, meski saat itu ia belum menyandang gelar Ayatollah Agung.
Sejak saat itu, Khamenei menjadi tokoh sentral dalam sistem pemerintahan Iran, dengan masa jabatan terlama dalam sejarah modern negara tersebut. Ia memimpin langsung Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), mengawasi kebijakan domestik dan luar negeri, serta mengendalikan media dan lembaga-lembaga negara.
Di balik kekuasaan yang luas, Khamenei dikenal menjalani gaya hidup sederhana. Ia pernah menjadi korban percobaan pembunuhan yang menyebabkan cedera permanen di tangannya, namun tetap aktif dalam kegiatan dakwah dan penulisan. Beberapa karyanya membahas ideologi Islam revolusioner dan tafsir Al-Qur’an.
Dalam politik internasional, Khamenei dikenal sebagai sosok yang kritis terhadap pengaruh Barat, terutama Amerika Serikat dan Israel. Pandangannya banyak mempengaruhi kebijakan luar negeri Iran, termasuk dalam membentuk poros perlawanan di Timur Tengah.
Kini, meski telah memasuki usia lebih dari 80 tahun, Ayatollah Ali Khamenei tetap menjadi figur utama dalam pemerintahan Iran. Perannya yang dominan dan pengaruhnya yang luas menjadikannya tokoh kunci dalam stabilitas internal Iran sekaligus konstelasi politik kawasan. (*)