Iran Hadapi Dilema Strategis Usai Serangan Udara AS terhadap Fasilitas Nuklir

Iran vs Israel: Dua Kekuatan Timur Tengah Saling Hantam, Siapa Lebih Perkasa?. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co – Pemerintah Iran menyatakan kemarahan mendalam menyusul serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap tiga situs nuklir utama di wilayahnya pada Minggu dini hari (22/6/2025). Pemerintah Iran berjanji akan memberikan respons dengan “konsekuensi abadi”, namun di balik retorika keras tersebut, para pejabat tinggi di bidang keamanan dan intelijen tengah dihadapkan pada dilema besar.

Iran kini tengah mempertimbangkan berbagai skenario balasan. Di satu sisi, terdapat tekanan untuk membalas secara militer guna menjaga kehormatan negara dan reputasi regional. Di sisi lain, ada pertimbangan diplomatik untuk merespons ajakan Amerika Serikat agar kembali ke meja perundingan, meskipun hal ini dinilai sebagai bentuk penyerahan diri jika disertai syarat penghentian total pengayaan uranium.

Menurut laporan BBC, sedikitnya enam langkah strategis saat ini sedang dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan di Teheran:

Menyerang Pangkalan Militer AS di Timur Tengah
Iran memiliki daftar pangkalan militer AS di kawasan, termasuk Armada Kelima Angkatan Laut di Bahrain. Meski serangan langsung bisa memicu eskalasi besar, Iran bisa menggunakan kelompok proksi di Irak dan Suriah untuk menyerang pangkalan AS yang lebih terisolasi seperti di At-Tanf, Ain Al-Asad, atau Erbil.

Menyerang Kapal Perang AS
Skenario ini melibatkan penggunaan drone dan kapal cepat bersenjata untuk menyerang kapal-kapal militer AS di Teluk. Iran juga bisa memobilisasi sekutu seperti kelompok Houthi di Yaman untuk mengganggu jalur pelayaran internasional, seperti di Laut Merah.

Menutup Selat Hormuz
Sebagai jalur strategis yang dilalui sekitar 20 persen pasokan minyak global, penutupan Selat Hormuz akan berdampak besar pada ekonomi dunia. Namun langkah ini berisiko memicu kemarahan negara-negara Teluk Arab, termasuk yang sedang memperbaiki hubungan dengan Teheran.

Melancarkan Serangan Siber
Iran memiliki reputasi dalam operasi siber ofensif. Serangan terhadap infrastruktur digital AS, seperti sektor energi, keuangan, atau pemerintahan, dinilai bisa memberikan efek besar tanpa konfrontasi fisik langsung.

Menunda Serangan hingga AS Lengah
Iran dapat memilih strategi menunggu waktu yang lebih tepat untuk menyerang. Pendekatan ini bisa menyasar target non-militer seperti kedutaan atau tokoh penting, namun tetap berisiko memicu reaksi besar dari pihak AS.

Melanjutkan Jalur Diplomasi
Opsi ini mengedepankan kepentingan jangka panjang dan stabilitas domestik. Meski Iran menyatakan tidak pernah menutup pintu negosiasi, syarat dari pihak AS agar semua hasil pengayaan uranium dikirim ke luar negeri menjadi kendala utama.

Di tengah dinamika ini, perdebatan internal muncul di tubuh elite Iran. Sebagian kalangan khawatir akan menjadi target serangan lanjutan, dan muncul pula kecurigaan terhadap kemungkinan kebocoran informasi dari dalam.

Ketidakpastian strategi balasan yang akan dipilih membuat perhatian dunia kini tertuju pada langkah Iran selanjutnya. Apakah Teheran akan memilih jalur konfrontasi atau kompromi, akan sangat menentukan arah geopolitik kawasan dalam waktu dekat. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan