Israel Akui Serangan Mematikan di Gaza sebagai Kesalahan Teknis, Perundingan Gencatan Senjata Kembali Buntu

Israel menyerang kembali gaza. Foto/net--
Radarlambar.bacakoran.co Militer Israel mengakui bahwa serangan yang terjadi di dekat titik distribusi air di Nuseirat, Gaza, pada Minggu lalu adalah akibat kesalahan teknis. Insiden tersebut menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk enam anak-anak, ketika warga tengah mengantre untuk mendapatkan air bersih.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa serangan itu awalnya ditujukan kepada militan Jihad Islam. Namun, amunisi yang diluncurkan mengalami kerusakan teknis sehingga meleset puluhan meter dari target yang telah ditentukan. IDF menyampaikan penyesalan atas korban jiwa dari kalangan sipil dan menyebut insiden itu sedang dalam tahap investigasi.
Selain di Nuseirat, serangan lain di pusat Kota Gaza pada Minggu sore menewaskan 11 warga sipil dan melukai sekitar 30 orang. Di kota Zawaida, sebuah rumah menjadi sasaran serangan Israel yang mengakibatkan sembilan orang tewas, termasuk tiga anak-anak. Sementara itu, Rumah Sakit Al-Awda melaporkan dua korban tewas dalam serangan terhadap sekelompok warga di daerah yang sama. Namun, militer Israel menyatakan tidak memiliki informasi terkait serangan ke rumah-rumah tersebut.
Dalam 24 jam terakhir, Israel melaporkan telah menyerang lebih dari 150 target di seluruh Jalur Gaza. Target serangan itu antara lain fasilitas penyimpanan senjata, peluncur rudal, dan pos penembak jitu. Israel menegaskan bahwa Hamas bertanggung jawab atas jatuhnya korban sipil karena kerap menggunakan kawasan berpenduduk padat sebagai basis operasinya.
Di sisi lain, upaya perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu. Pembicaraan yang bertujuan untuk membebaskan sandera dan menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza terhambat oleh perbedaan sikap kedua pihak.
Israel bersikeras bahwa perang hanya akan dihentikan jika Hamas menyerah, melucuti senjata, dan meninggalkan Gaza. Sementara Hamas menolak tuntutan tersebut, namun menyatakan bersedia membebaskan 50 sandera yang tersisa—sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup—dengan syarat perang diakhiri dan pasukan Israel ditarik sepenuhnya dari Gaza. (*)