Rusia dan Ukraina Rekrut Warga Asing untuk Berperang, Gaji Jadi Daya Tarik Utama

Viral, video eks Marinir menjadi tentara Rusia setekah dipecat dari TNI AL. Tangkapan layar akun TikTok @zstorm689--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO -Sejak invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022, konflik bersenjata di kawasan tersebut belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Dalam upaya memperkuat kekuatan militer, baik Rusia maupun Ukraina diketahui merekrut warga negara asing untuk ikut berperang.

Di pihak Rusia, selain mengandalkan tentara reguler dari dalam negeri, negara tersebut juga merekrut warga asing, baik secara langsung ke angkatan bersenjata maupun melalui kelompok tentara bayaran seperti Wagner Group. Kelompok ini dikenal luas karena perannya dalam berbagai konflik global dan loyalitasnya kepada kepentingan militer Rusia. Meskipun mengalami kemunduran pasca tewasnya pendiri mereka, Yevgeny Prigozhin, aktivitas perekrutan oleh Rusia tetap berjalan.

Data yang dihimpun dari berbagai sumber menunjukkan bahwa ratusan warga India dan ribuan warga Nepal diduga telah direkrut oleh Rusia, sebagian di antaranya menjadi korban dalam pertempuran di kawasan Donbas. Di samping itu, Rusia disebut juga menawarkan kesempatan bagi warga asing yang memiliki keahlian khusus untuk bergabung dalam lembaga-lembaga intelijen dan keamanan negara.

Sebagai langkah memperluas perekrutan, Presiden Vladimir Putin pada 7 Juli 2025 menandatangani dekrit yang memperlonggar aturan bagi warga negara asing yang ingin bergabung dengan militer Rusia. Kini, keikutsertaan warga asing diperbolehkan tak hanya dalam kondisi darurat militer, tetapi juga selama masa mobilisasi. Kebijakan ini dinilai sebagai upaya untuk mengisi kekosongan pasukan setelah banyak warga Rusia melarikan diri sejak mobilisasi parsial diumumkan pada 2022.

Di sisi lain, Ukraina juga memiliki unit militer berisi warga asing yang dikenal sebagai Legiun Internasional. Legiun ini dibentuk tak lama setelah invasi dimulai dan beroperasi di bawah struktur Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina. Para relawan dari berbagai negara bergabung dengan persyaratan tertentu, seperti usia antara 18 hingga 60 tahun, sehat fisik, serta tidak memiliki catatan kriminal.

Salah satu alasan utama warga asing bergabung dalam konflik ini adalah faktor ekonomi. Keikutsertaan warga negara Indonesia bernama Satria Arta Kumbara dalam pasukan Rusia menyoroti isu ini. Ia mengaku bergabung karena alasan finansial.

Gaji menjadi daya tarik tersendiri. Tentara asing yang bergabung dalam militer Ukraina diperkirakan menerima upah antara 600 hingga 3.300 dolar AS per bulan, tergantung pada peran dan pengalaman. Nilai tersebut setara dengan Rp9,7 juta hingga Rp48 juta per bulan, mengacu pada kurs per 23 Juli 2025. Gaji ini sejajar dengan yang diterima tentara reguler Ukraina.

Sementara itu, Rusia menawarkan gaji minimal 1.200 dolar AS per bulan (sekitar Rp19 juta) bagi warga asing yang bergabung secara resmi dengan militer. Untuk tentara bayaran seperti di Wagner Group, bayaran bisa jauh lebih tinggi, meskipun nominal pastinya bervariasi dan sulit dipastikan.

Konflik yang terus berlangsung ini menunjukkan bagaimana pertarungan geopolitik bukan hanya melibatkan negara-negara besar, tetapi juga menarik partisipasi individu dari berbagai belahan dunia dengan latar belakang dan motif yang beragam—mulai dari ideologi hingga faktor ekonomi. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan