5 Agustus 2025 Jadi Hari Terpendek, Rotasi Bumi Semakin Cepat

Ilustrasi. Fenomena langka terjadi tepat hari ini, Selasa, 5 Agustus 2025, ketika Bumi berotasi lebih cepat dan menjadikan hari ini lebih pendek dari biasanya. FotoPixabay--
Radarlambar.bacakoran.co- Fenomena langka terjadi pada Selasa, 5 Agustus 2025, ketika Bumi berotasi lebih cepat dari biasanya, menjadikan hari ini sebagai salah satu hari terpendek yang pernah tercatat sejak pengukuran presisi dimulai.
Rotasi Bumi pada tanggal tersebut berlangsung sekitar 1,25 milidetik lebih cepat dibandingkan standar satu hari penuh, yakni 86.400 detik. Fenomena ini bukan terjadi secara kebetulan, melainkan merupakan bagian dari tren percepatan rotasi yang telah diamati sejak 2020.
Sepanjang sejarah geologis, kecepatan rotasi Bumi mengalami fluktuasi yang signifikan. Di masa lalu, panjang hari bahkan sempat mencapai lebih dari 490 hari dalam satu tahun revolusi. Kini, Bumi berotasi lebih dari 365 kali dalam satu tahun, namun durasinya tidak selalu konsisten.
Pengukuran menggunakan jam atom menunjukkan bahwa panjang hari mengalami variasi mikro dalam skala milidetik. Biasanya, detik kabisat ditambahkan secara berkala untuk menyesuaikan perlambatan rotasi akibat interaksi gravitasi dengan Bulan. Namun sejak 2020, tren rotasi justru berbalik arah—Bumi mulai berputar lebih cepat.
Beberapa faktor disebut berkontribusi terhadap percepatan ini. Salah satunya adalah pergeseran distribusi massa air laut akibat perubahan iklim dan pelelehan es kutub. Selain itu, posisi Bulan relatif terhadap khatulistiwa turut memengaruhi gaya pasang surut yang secara halus memengaruhi laju rotasi.
Posisi Bulan yang tidak stabil juga menjadi penentu terjadinya hari-hari lebih pendek, termasuk pada 5 Agustus, 22 Juli (lebih pendek 1,36 milidetik), dan 9 Juli (lebih pendek 1,23 milidetik). Variasi ini berkaitan dengan gaya tidal dan dinamika interaksi gravitasi antara Bumi dan Bulan.
Di sisi lain, para ilmuwan menduga percepatan rotasi Bumi dalam beberapa tahun terakhir bisa berkaitan dengan dinamika di dalam inti cair planet. Rotasi yang melambat pada inti dalam kemungkinan menyebabkan bagian luar Bumi berotasi lebih cepat sebagai kompensasi momentum.
Fenomena ini menimbulkan sejumlah pertanyaan teknis, terutama terkait sistem navigasi berbasis waktu seperti GPS yang bergantung pada sinkronisasi presisi waktu dunia. Penyesuaian terhadap detik kabisat negatif—hal yang belum pernah terjadi sebelumnya—kini mulai dipertimbangkan oleh komunitas ilmiah.
Meskipun perubahan ini belum dirasakan secara langsung oleh manusia, pengamatan terhadap panjang hari menjadi krusial dalam memahami dinamika rotasi Bumi dan perubahan iklim global secara lebih mendalam.(*)