ODOL Bikin Infrastruktur Rapuh, Indonesia Terpental dari Peta Daya Saing Global

Ilustrasi Zero Odol-----
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Keberadaan kendaraan over dimension dan over loading (ODOL) terbukti memberikan dampak serius terhadap kondisi jalan dan daya saing nasional. Tak hanya merusak infrastruktur, kendaraan kelebihan muatan ini juga menyeret Indonesia keluar dari deretan negara dengan infrastruktur kompetitif.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menyebut ODOL sebagai momok bagi pembangunan berkelanjutan. Selain memicu kerugian negara akibat kecelakaan dan perawatan jalan, truk-truk tersebut juga mempercepat degradasi kualitas infrastruktur.
Data menyebutkan bahwa daya saing Indonesia merosot tajam. Pada 2023, infrastruktur Indonesia masih berada di peringkat ke-21 dunia. Namun, hanya dalam dua tahun, posisi itu melorot ke peringkat 57 pada 2025. Sementara dalam indeks daya saing keseluruhan, Indonesia terjun dari posisi 27 ke 40.
Kontribusi terbesar atas kemerosotan itu berasal dari kerusakan jalan yang makin parah. Umur teknis jalan yang semestinya bertahan hingga 10 tahun kini hanya mencapai sekitar 30% dari waktu ideal. Akibatnya, negara diperkirakan mengalami pemborosan anggaran hingga Rp47,43 triliun setiap tahun untuk memperbaiki kerusakan jalan nasional hingga kabupaten/kota.
Tak hanya infrastruktur, aspek keselamatan jalan juga terganggu. Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan angkutan barang mencapai 10,5% secara nasional, tertinggi kedua setelah sepeda motor yang mendominasi di angka 77,4%.
Merespons kondisi tersebut, pemerintah telah menunjuk Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Infrastruktur, dan Pembangunan Wilayah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), untuk mengawal langsung penanganan ODOL. Ia pun mencanangkan tiga agenda prioritas menuju target "zero ODOL" pada 2027.
Ketiga agenda itu meliputi pemberantasan pungutan liar di sektor angkutan barang, peningkatan kesejahteraan pengemudi, dan deregulasi serta sinkronisasi aturan terkait logistik. Meski butuh waktu dan koordinasi lintas lembaga, langkah awal ini dinilai penting sebagai landasan menuju pembenahan.
Salah satu terobosan teknis yang kini mulai diterapkan adalah penggunaan alat "Weight in Motion" (WIM). Perangkat ini berfungsi mendeteksi berat kendaraan secara otomatis saat melintas di jalan tanpa harus berhenti, sebelum diarahkan ke jembatan timbang untuk proses lebih lanjut. Sistem ini dianggap lebih efisien dan akurat dalam menyaring truk ODOL tanpa mengganggu arus lalu lintas secara signifikan.
Jika tidak ditangani secara serius dan terukur, ODOL bukan hanya merusak jalan, tapi juga memperberat beban ekonomi negara. Di tengah tuntutan efisiensi dan daya saing global, penertiban kendaraan ODOL bukan lagi sekadar tugas teknis, melainkan bagian penting dari strategi pembangunan nasional.