Menjelajahi Lembah Baliem, Panorama Eksotis dan Tradisi Khas Pegunungan Papua

Lembah Baliem Jayawijaya salah satu destinasi wisata di Papua. -Foto _ Net.-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Keindahan alam Papua Pegunungan tidak hanya terletak pada Pegunungan Jayawijaya yang terkenal dengan salju abadi di puncaknya. Di balik jajaran pegunungan yang menjulang, tersimpan sebuah lembah yang menawarkan perpaduan antara keindahan alam menawan dan tradisi yang tetap terpelihara, yakni Lembah Baliem.
Destinasi ini kini dikenal sebagai salah satu ikon pariwisata di ujung timur Indonesia, yang tidak hanya menyajikan panorama alam, tetapi juga menyimpan nilai sejarah, jejak geologi, serta kekayaan budaya masyarakatnya. Secara administratif, Lembah Baliem berada di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, provinsi baru hasil pemekaran dari Papua sejak Juni 2022.
Lokasinya bisa ditempuh dari Kota Wamena, ibu kota provinsi tersebut, dengan jarak sekitar 27 kilometer. Meski tidak terlalu jauh, perjalanan menuju lembah menghadirkan pengalaman tersendiri karena wisatawan akan disuguhi pemandangan perbukitan hijau yang mengelilingi kawasan.
Lembah yang Diyakini Bekas Danau Purba
Lembah Baliem membentang sepanjang kurang lebih 80 kilometer dengan lebar sekitar 20 kilometer. Menurut sejumlah catatan, kawasan ini diyakini pada masa lampau merupakan sebuah danau besar. Dugaan tersebut berawal dari peristiwa gempa bumi sekitar tahun 1813 yang diperkirakan mengubah bentang alam hingga membentuk lembah subur seperti sekarang.
Bukti-bukti alam yang mendukung hipotesis ini masih dapat ditemukan. Di beberapa titik, terdapat pasir putih dengan tekstur menyerupai pasir pantai, bahkan memiliki rasa asin. Setidaknya ada 12 lokasi semacam itu yang tersebar di sekitar lembah.
Penemuan dan Kehidupan Masyarakat Adat
Saat ini, kawasan tersebut dihuni oleh tiga suku besar, yakni Dani, Yali, dan Lani. Kehidupan mereka masih kental dengan adat istiadat, termasuk penggunaan rumah adat honai. Bangunan honai berbentuk bundar dengan dinding kayu dan atap jerami. Tidak ada jendela dalam bangunan ini, hanya pintu kecil sebagai akses keluar masuk. Struktur rumah tradisional tersebut sangat sesuai dengan kondisi alam setempat.
Bagi wisatawan, sejumlah honai kini disediakan sebagai homestay. Meski mempertahankan bentuk tradisional, homestay ini sudah dilengkapi fasilitas modern seperti kasur, lampu, dan selimut.
Warisan Sejarah dan Festival Budaya
Selain pemandangan alam, Lembah Baliem juga menyimpan peninggalan sejarah berupa mumi kuno. Salah satu yang terkenal adalah mumi Wim Motok Mabel yang berusia lebih dari 300 tahun. Mumi ini disimpan di pilamo, yakni honai khusus untuk laki-laki, dan dipercaya membawa kesejahteraan bagi keturunannya.
Kehidupan budaya masyarakat lembah dapat disaksikan lebih lengkap melalui Festival Budaya Lembah Baliem. Festival tersebut telah berlangsung lebih dari 30 tahun dan menjadi simbol persatuan sekaligus lambang kesejahteraan masyarakat setempat.