Warga Pertanyakan Pembangunan Akses Jalan ke SMAN 1 Waytenong

Memprihatinkan kondisi akses jalan menuju SMAN 1 Waytenong alami banyak kerusakan. Foto dok--
WAYTENONG – Harapan masyarakat untuk menikmati akses jalan yang layak menuju SMAN 1 Waytenong, Kabupaten Lampung Barat, hingga kini masih sebatas angan.
Meski sebelumnya sempat santer dikabarkan akan dibangun tahun ini, faktanya hingga Agustus 2025, belum terlihat tanda-tanda akan dimulainya proyek perbaikan jalan tersebut.
Kondisi jalan yang menghubungkan kawasan pendidikan dan menjadi jalur alternatif antar kecamatan itu kini semakin memprihatinkan. Panjang jalan sekitar 300 meter tersebut mengalami kerusakan cukup parah, di mana badan jalan berlubang dan dipenuhi lumpur saat musim hujan, serta menimbulkan polusi debu pekat saat musim kemarau.
Tak hanya mengganggu kenyamanan, kondisi ini juga dinilai membahayakan keselamatan para pengguna jalan, khususnya pelajar yang setiap hari melintasinya.
“Jalan ini bukan cuma untuk anak-anak sekolah. Ini juga jalur alternatif yang sangat vital antara Kecamatan Air Hitam dan Way Tenong. Kalau lewat sini jaraknya jauh lebih dekat dibandingkan lewat jalan kabupaten,” ujar Jefri Ardiansyah, salah satu warga setempat, Minggu (24/8).
Ia mengungkapkan, informasi pembangunan jalan sebenarnya sudah berembus sejak awal tahun. Namun, hingga kini belum ada kejelasan apakah kewenangan pembangunan berada di tangan Pemerintah Provinsi Lampung atau Pemerintah Kabupaten Lampung Barat.
“Awalnya disebut jalan ini milik provinsi, tapi secara lokasi dan fungsinya, ya jelas lebih sering digunakan warga kabupaten. Terlepas dari siapa yang bertanggung jawab, intinya masyarakat ingin jalan ini dibangun secepatnya. Jangan sampai jadi wacana tahunan terus,” tegas Jefri.
Kondisi jalan yang rusak ini pun mendapat sorotan dari pihak sekolah. Kepala SMAN 1 Way Tenong, Supandi, S.Pd., M.M., menyampaikan pihaknya sangat mendukung bila jalan tersebut segera diperbaiki. Ia menilai kondisi saat ini sudah sangat mengganggu aktivitas pendidikan.
“Setiap hari siswa dan guru melintasi jalan ini. Kalau hujan, jalan berubah jadi kubangan lumpur. Kalau panas, debunya sangat mengganggu, bahkan bisa mengganggu pernapasan,” ungkap Supandi
Lebih jauh, Supandi berharap pemerintah bisa lebih tanggap dalam menyikapi kondisi ini, mengingat pendidikan merupakan sektor yang seharusnya mendapat perhatian lebih, termasuk dari segi aksesibilitas.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Pemerintah Kabupaten Lampung Barat maupun Pemerintah Provinsi Lampung terkait kepastian waktu dan tanggung jawab pembangunan jalan tersebut. Warga berharap, kerusakan jalan yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini tidak terus dibiarkan. (rinto/lusiana)