Armada Global dari Barcelona Bawa Bantuan ke Gaza

Armada Global dari Barcelona Bawa Bantuan ke Gaza. Foto/net--
RADARLAMBARBACAKORAN.CO- Ribuan orang memadati dermaga Barcelona pada Ahad (31/8/2025) untuk melepas keberangkatan armada kapal menuju Jalur Gaza. Armada global ini membawa bantuan kemanusiaan dan aktivis internasional dalam upaya terbesar mematahkan blokade laut Israel yang telah berlangsung 18 tahun.
Konvoi maritim bernama Global Sumud Flotilla terdiri dari puluhan kapal dan delegasi dari 44 negara. Mereka membawa makanan, air, serta obat-obatan, dengan tuntutan agar jalur laut kemanusiaan segera dibuka. Armada akan bergabung dengan kapal tambahan dari Italia dan Tunisia sebelum melanjutkan pelayaran menuju Gaza, yang diperkirakan tiba pertengahan September.
Keberangkatan ini berlangsung di tengah krisis pangan di Gaza akibat serangan intensif Israel yang membatasi distribusi kebutuhan pokok. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 63.000 orang tewas selama perang hampir dua tahun terakhir, termasuk 332 korban akibat kekurangan gizi, di antaranya 124 anak.
Dari Indonesia, sekitar 30 relawan yang tergabung dalam Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) juga ikut serta. Mereka berangkat secara bertahap sejak Sabtu (30/8/2025) dan dijadwalkan bergabung dengan armada di Tunisia. Beberapa relawan sempat tertahan di Bangkok karena kendala teknis maskapai, namun tetap melanjutkan perjalanan.
Armada ini menarik perhatian global karena diikuti tokoh internasional seperti aktivis iklim Swedia Greta Thunberg dan mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau. Thunberg sebelumnya pernah dideportasi Israel ketika mencoba masuk ke Gaza melalui jalur laut pada Juni lalu. Ia menegaskan bahwa Israel terus melanggar hukum internasional dengan mencegat kapal di perairan internasional dan menghalangi bantuan.
Kehadiran ribuan pendukung di Barcelona menambah semangat ekspedisi. Mereka mengibarkan bendera Palestina, meneriakkan slogan kebebasan, hingga melepas kapal-kapal bersejarah, termasuk kapal tua berusia lebih dari 100 tahun. Meski penuh risiko, ekspedisi ini dianggap sebagai simbol solidaritas dunia bagi Palestina. (*)