Gunung Es Raksasa A23a Mulai Hancur, Dampaknya Bikin Ilmuwan Waspada

Gunung es raksasa, A23a, dilaporkan mulai hancur menjadi beberapa potongan besar. Foto: Rob Suisted via REUTERS--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Gunung es raksasa A23a yang semula menyandang predikat terbesar di dunia kini mulai hancur menjadi pecahan-pecahan besar.

Ilmuwan menilai fenomena ini dapat berdampak pada ekosistem laut sekitar dan menjadi sinyal perubahan iklim.

A23a awalnya memiliki berat sekitar 1,1 triliun ton dengan luas mencapai 3.672 kilometer persegi sebelum mulai pecah. Saat ini, ukurannya telah menyusut drastis hingga hanya tersisa sekitar 1.700 kilometer persegi, setara dengan wilayah Greater London.

Selama lebih dari 30 tahun, A23a sempat tertahan di dasar Laut Weddell, Antartika, sebelum akhirnya mulai bergerak pada 2020 akibat mencairnya bagian bawah gunung es. Sejak itu, A23a terbawa arus laut, sempat kandas di landas kontinen, hingga akhirnya bergerak ke perairan sekitar South Georgia.

“A23a mulai pecah dengan cepat, melepaskan potongan besar yang masing-masing diklasifikasikan sebagai gunung es besar,” ujar Andrew Meijers, oseanografer dari British Antarctic Survey (BAS), dikutip CNN, Rabu (4/9).

Kini, gelar gunung es terbesar di dunia beralih ke D15a dengan luas sekitar 3.000 kilometer persegi. Meski begitu, pecahnya A23a menegaskan ancaman nyata dari perubahan iklim yang mempercepat kehancuran lapisan es Antartika.

Meijers menekankan bahwa meskipun pecahnya gunung es adalah proses alami, pemanasan air laut dan pola arus baru akibat perubahan iklim membuat megaberg seperti A23a lebih rentan.

“Perubahan iklim yang disebabkan manusia mendorong perubahan signifikan di Antartika dan berpotensi meningkatkan kenaikan permukaan laut,” tegasnya.

Selain berpengaruh pada iklim global, pecahnya A23a juga berpotensi mengganggu ekosistem laut di sekitar South Georgia.

BAS meneliti sampel dari lokasi itu untuk memahami dampak pelepasan air tawar dalam jumlah besar terhadap organisme laut.

Ilmuwan memperingatkan, keberadaan megaberg yang terdampar di perairan sub-Antartika kemungkinan akan semakin sering terjadi di masa depan, seiring meningkatnya suhu global.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan