21 Ekor Kambing Dimangsa Beruang

TERNAK kambing warga Pekon Rigisjaya Kecamatan Airhitam yang jadi korban dimangsa beruang. Foto Dok--
AIRHITAM — Warga Pekon Rigisjaya, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat, saat ini tengah dilanda kekhawatiran yang mendalam. Selama beberapa bulan terakhir, pekon yang dikenal sebagai kawasan wisata Kampung Kopi itu terus-menerus menjadi sasaran serangan hewan buas, yang diduga kuat merupakan beruang liar dari hutan sekitar.
Teror ini tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi juga mengancam ketenangan dan keamanan warga.
Menurut keterangan Penjabat (Pj) Peratin Rigisjaya, Muhaimin, S.E., hingga awal September ini, sedikitnya 21 ekor kambing milik warga telah menjadi korban serangan beruang. Satwa tersebut diduga berasal dari kawasan hutan yang berada di sekitar pemukiman warga. Serangan berlangsung secara intens setiap malam, dimulai sekitar pukul 20.00 Wib hingga menjelang subuh.
”Kami meyakini hewan itu adalah beruang, karena warga telah beberapa kali melihat langsung saat hewan tersebut menyerang kandang atau bahkan membawa kabur ternak ke dalam hutan,” ujar Muhaimin.
Lebih mencengangkan, sejumlah warga mengaku pernah melihat langsung beruang tersebut melintas di jalan kampung saat mereka pulang dari masjid pada malam hari. Ini menandakan bahwa satwa liar itu tidak hanya memangsa hewan ternak, tetapi juga berpotensi membahayakan keselamatan manusia.
Menghadapi ancaman ini, warga bersama aparat pekon telah melakukan berbagai langkah antisipasi. Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung dilaporkan telah turun tangan dengan memasang perangkap di sejumlah titik yang dianggap menjadi jalur perlintasan beruang. Namun hingga kini, upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Tak hanya mengandalkan langkah teknis, warga juga telah melakukan pendekatan supranatural berupa doa bersama dan ritual adat sebagai upaya perlindungan spiritual. Sayangnya, hingga saat ini serangan masih terus terjadi.
Sebagai bentuk kewaspadaan, masyarakat pun kini rutin melakukan ronda malam. Selain itu, sistem peringatan darurat melalui bunyi kentongan dengan pola tertentu juga diaktifkan. Isyarat ini digunakan untuk menginformasikan kepada warga lainnya apabila ada tanda-tanda keberadaan beruang di sekitar pemukiman.
”Kami sudah melakukan berbagai cara, dari yang ilmiah hingga spiritual. Tapi beruang itu masih terus datang. Kami benar-benar butuh perhatian serius dari pemerintah,” tegas Muhaimin.
Muhaimin menyampaikan harapan besar kepada pemerintah daerah maupun pusat, khususnya BKSDA dan dinas terkait, agar segera mengambil langkah lebih lanjut. Ia menegaskan bahwa keberadaan beruang liar yang berkeliaran di sekitar pekon bukan hanya mengancam perekonomian warga yang mayoritas menggantungkan hidup dari ternak kambing, tapi juga menimbulkan ancaman terhadap keselamatan jiwa.
“Kami sadar bahwa beruang adalah satwa dilindungi. Tapi keberadaannya di sekitar pemukiman jelas membahayakan. Perlu solusi yang bijak agar satwa tidak punah, namun masyarakat juga tidak terus-menerus jadi korban,” kata Muhaimin.
Pekon Rigisjaya yang selama ini dikenal sebagai kawasan agrowisata berbasis kopi kini berubah menjadi wilayah penuh ketegangan. Jika tidak ada tindakan cepat dan terukur, bukan tidak mungkin serangan berikutnya akan lebih fatal — tak hanya pada hewan, tapi juga manusia.
Warga berharap suara mereka didengar, dan solusi nyata segera diberikan sebelum keadaan semakin memburuk. (rinto/nopri)