BPBD Tetapkan Status Siaga 1 Selama 7 Hari

foto dok--
BALIBUKIT - Menyusul anomali cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Barat menetapkan status Siaga 1 selama tujuh hari kedepan. Langkah ini diambil untuk memastikan kesiapsiagaan penuh menghadapi potensi banjir dan longsor yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Kepala Pelaksana BPBD Lampung Barat, Padang Priyo Utomo, mengatakan, seluruh personel satgas yang tersebar di pekon hingga tim induk di tingkat kabupaten diwajibkan bersiaga penuh.
Kesiapsiagaan ini meliputi penyiapan jalur evakuasi, pemetaan lokasi rawan bencana, hingga koordinasi intensif dengan Pemerintah Pekon, Camat, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas.
”Kami menetapkan siaga satu selama tujuh hari ke depan. Semua satgas, baik di tingkat pekon maupun kabupaten, wajib stand by. Cuaca sulit diprediksi, sehingga langkah ini menjadi upaya preventif agar setiap potensi bencana bisa ditangani cepat dan tepat,” ujar Padang, Selasa (9/9/2025).
BPBD menyoroti sejumlah titik rawan bencana. Untuk ancaman banjir, fokus pengawasan mencakup Kecamatan Sukau, Bandar Negeri Suoh (BNS), Suoh, Kebun Tebu, dan Gedung Surian. Sementara itu, kawasan rawan longsor berada di kecamatan dengan kontur perbukitan seperti Balik Bukit, Belalau, Batu Ketulis, dan Pagardewa.
”Wilayah lereng bukit memang rentan longsor saat hujan deras berkepanjangan. Sedangkan daerah dataran rendah yang dilalui sungai besar harus diwaspadai risiko banjir bandang,” jelas Padang.
Selain kesiapsiagaan petugas, Padang menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat. Menurutnya, warga harus aktif melaporkan setiap kondisi darurat, mulai dari pergerakan tanah di lereng, genangan air yang meluas, hingga ancaman pohon tumbang.
”Komunikasi antara warga dan petugas sangat penting. Satu laporan cepat bisa menyelamatkan banyak orang. Karena itu kami mengingatkan agar masyarakat jangan lengah,” tegasnya.
Lebih lanjut disampikan bahwa Lampung Barat dikenal sebagai daerah dengan kontur geografis yang kompleks gabungan perbukitan curam, dataran rendah, dan aliran sungai besar. Kondisi ini membuat wilayah tersebut rawan bencana hidrometeorologi.
“Cuaca ekstrem membawa risiko besar, tidak hanya kerusakan infrastruktur tapi juga terancamnya ketahanan pangan akibat sawah yang terendam banjir. Kami ingin semua siap siaga agar dampak kerugian bisa ditekan,” pungkasnya. (edi/lusiana)