Bali Kewalahan Diterjang Banjir Terparah dalam 70 Tahun Status Darurat Ditetapkan

BNPB tetapkan tanggap darurat banjir Bali sepekan. -Foto Radar Grup-

RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Bencana banjir besar melanda Provinsi Bali pada Rabu, 10 September 2025. Hujan lebat yang turun sepanjang hari mengakibatkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah, menyebabkan kerusakan infrastruktur, korban jiwa, hingga pengungsian massal. Bencana ini dinilai sebagai salah satu yang terparah dalam tujuh dekade terakhir.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal dunia tercatat mencapai 14 orang. Selain itu, masih ada dua warga yang dilaporkan hilang dan dalam proses pencarian oleh tim gabungan. Ribuan warga terdampak dan ratusan lainnya terpaksa mengungsi ke titik-titik penampungan sementara yang tersebar di wilayah Kota Denpasar.

Banjir melanda tujuh wilayah di Bali, termasuk Kota Denpasar, Gianyar, Karangasem, Badung, dan Jembrana. Kota Denpasar menjadi wilayah paling terdampak, dengan 81 titik banjir yang tercatat. Dua lokasi terparah di antaranya berada di kawasan Pasar Badung dan sepanjang aliran Tukad Badung, termasuk area Jalan Pura Demak.

Tak hanya itu, longsor dilaporkan terjadi di 18 titik, tersebar di Kabupaten Karangasem, Gianyar, dan Badung. Kerusakan bangunan akibat bencana tercatat terjadi di sedikitnya 16 lokasi, mulai dari dinding bangunan yang roboh hingga jalan akses warga yang terputus.

Pemerintah Provinsi Bali menyatakan status darurat bencana untuk mempercepat proses penanganan. Status ini memungkinkan pemanfaatan anggaran tak terduga dan percepatan distribusi logistik bagi warga terdampak. Pendataan korban, perbaikan infrastruktur, dan pemulihan aktivitas ekonomi menjadi fokus utama selama masa tanggap darurat.

Sementara itu, pihak TNI melalui Komando Resort Militer 163/Wirasatya mengerahkan sejumlah pasukan untuk membantu evakuasi, pembersihan lokasi banjir, serta penarikan puluhan kendaraan yang terjebak di basement Pasar Badung. Diketahui, ketinggian air di area tersebut sempat mencapai 8 meter dan menyebabkan puluhan kendaraan terendam.

BNPB turut menurunkan tim lengkap ke Bali, termasuk personel dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Peralatan seperti pompa air dan genset sudah dikirimkan sejak hari pertama bencana, guna mempercepat proses penyedotan air dan pemulihan jaringan listrik di kawasan terdampak.

Bencana ini juga memperlihatkan lemahnya sistem mitigasi bencana di daerah yang selama ini tidak masuk kategori rawan banjir besar. Fenomena cuaca ekstrem kali ini dipengaruhi oleh gelombang atmosfer skala besar, termasuk Equatorial Rossby dan Kelvin Wave, yang menyebabkan anomali curah hujan jauh di atas normal. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang cuaca ini kini telah bergeser ke arah barat dan diperkirakan tidak lagi berpengaruh langsung terhadap cuaca di Bali.

Dampak sosial dan ekonomi akibat banjir ini juga tidak kecil. Aktivitas pasar tradisional lumpuh, ratusan pedagang mengalami kerugian besar, dan fasilitas umum ikut terdampak. Pemerintah daerah masih melakukan pendataan terhadap total kerugian yang dialami masyarakat.

Kementerian Sosial telah menyalurkan bantuan logistik dasar, termasuk makanan, selimut, dan obat-obatan. Dapur umum juga didirikan di beberapa lokasi pengungsian untuk memenuhi kebutuhan pangan warga yang terdampak langsung.

Bencana banjir besar yang melanda Bali kali ini menjadi alarm keras bagi seluruh pihak mengenai pentingnya pembenahan sistem drainase, tata kelola lingkungan, serta kesiapsiagaan menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat merumuskan langkah strategis jangka panjang untuk mencegah bencana serupa terulang kembali di masa depan. (*/rinto)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan