Narko dan Petani Rahtawu: Hijaukan Gunung, Isi Perut

ilustrasi--

Di mana bumi dipijak, di situ alam dijunjung.
Inilah kisah orang-orang “biasa” dengan tekad luar biasa: merawat lingkungan sekaligus menjaga kesejahteraan. Di tanah mereka, alam hijau-resik, dompet tak kempis.

Anak Gunung Muria, Kudus
Wijanarko, atau Narko, lahir dan besar di Dukuh Semliro, Rahtawu, desa di lereng Gunung Muria, Kudus, Jawa Tengah (700–1.627 mdpl). Gunung adalah sumber hidupnya. Namun dulu, hidup Narko tak mudah. Ia bekerja serabutan, mulai dari tukang bangunan hingga pengambil batu di sungai.

Bimbang meninggalkan desa demi kerja ke luar daerah atau luar negeri, Narko memikirkan kakek dan nenek yang ia rawat. Setelah menimbang untung-rugi, termasuk biaya besar berangkat kerja ke Asia Timur, Narko memutuskan tetap bertani di desa.

Bertani Kopi: Dari Risiko Jadi Peluang
Sejak sekolah, Narko sudah akrab dengan pertanian. Ia memiliki lahan sendiri dan mulai menanam kopi, berbeda dari petani lokal yang menanam jagung dan padi karena panen cepat. Awalnya, kopi sulit dipanen karena belum ada teknologi stek atau sambung pucuk, sehingga petani harus memanjat pohon tinggi untuk memetik buah.

Namun, bencana alam seperti banjir dan longsor di Rahtawu mendorong Narko dan warga memikirkan solusi lestari. Dengan belajar teknik stek dari desa lain, Narko berhasil menanam kopi yang produktif. Kini, 90% penduduk Rahtawu bertani kopi, dan hutan desa kembali hijau.

Konservasi dan Sistem Tumpang Sari
Narko menanam kopi dengan sistem tumpang sari—ditemani pohon alpukat, durian, jeruk, petai—sebagai peneduh sekaligus sumber panen tambahan. Pendapatan meningkat, lingkungan terjaga. Dukungannya datang dari Djarum Foundation (BLDF) berupa bibit pohon, tanaman buah, dan kompos. Mereka juga menanam pohon untuk melindungi mata air dan mencegah erosi.

Mangga di Perbukitan Patiayam
Kelompok Tani Wonorejo di Desa Gondoharum, dipimpin Mashuri, menanam mangga dan pohon buah lain di Perbukitan Patiayam. Lahan sebelumnya gundul karena pembalakan dan pertanian jagung. Dengan tumpang sari mangga-jagung, pendapatan meningkat, mata air kembali mengalir, dan penghijauan berlanjut.

Program Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF)
Sejak 1979, BLDF menanam pohon di Kudus dan memperluas ke Gunung Muria, Perbukitan Patiayam, serta pesisir utara Jawa Tengah. Mereka memiliki Pusat Pembibitan Tanaman 4 hektare di kompleks Djarum Oasis Kretek Factory untuk kontinuitas penghijauan. Lebih dari 2,3 juta pohon telah ditanam, termasuk mangrove, trembesi, dan pohon buah.

BLDF juga mengelola sampah organik lewat Pusat Pengolahan Organik (PPO) dan mengedukasi anak muda melalui gerakan digital ‘Kudus Asik (Apik, Resik)’. Selain itu, konservasi satwa liar seperti macan tutul jawa dan pemantauan burung dilakukan untuk menjaga ekosistem Gunung Muria.

Menjaga Gunung dan Lautan
Gunung Muria berperan penting sebagai water catchment. Peka Muria menanam beringin dan bambu untuk mencegah erosi dan menjaga mata air. Di pesisir, mangrove ditanam untuk mitigasi abrasi, meningkatkan ketahanan pesisir, dan menyerap karbon.

 

Kolaborasi antara masyarakat, industri, dan pemerintah di Kudus diharapkan menjadi model berkelanjutan: memagari lautan, menyangga gunung, melindungi warisan purbakala, dan menumbuhkan kesadaran lingkungan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan