Pertamina Perketat Uji Mutu, SPBU Swasta Batal Beli karena Kandungan Etanol

PT Kilang Pertamina Internasional memastikan BBM BBM jenis Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Pertadex, Biosolar, dan Avtur sesuai standar.--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memperketat rangkaian pengujian kualitas bahan bakar minyak untuk memastikan produk yang dipasarkan sesuai standar keamanan dan spesifikasi resmi pemerintah. Seluruh produk, mulai dari Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Pertadex, Biosolar, hingga Avtur, diuji di laboratorium independen milik Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (BBPMGB) Lemigas.

Hasil pengujian sepanjang Agustus hingga September menunjukkan semua produk dari enam unit operasi kilang Pertamina—Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, Kasim—serta afiliasi PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) memenuhi spesifikasi yang ditetapkan Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM.

Selain uji silang eksternal, KPI juga menjalankan pengawasan internal secara berlapis melalui laboratorium di setiap unit operasi. Seluruh fasilitas tersebut telah terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 oleh Komite Akreditasi Nasional, standar yang menegaskan kompetensi laboratorium penguji dan kalibrasi di tingkat internasional. Dengan demikian, pengujian di kilang mencakup verifikasi keakuratan metode, kompetensi personel, serta kalibrasi peralatan, sehingga produk yang beredar diyakini aman, stabil, dan sesuai mutu.

Langkah penguatan kualitas ini penting mengingat dinamika pasar BBM di Tanah Air sedang berubah. Beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta, seperti PT Vivo Energy Indonesia dan British Petroleum (BP), membatalkan rencana pembelian pasokan BBM dari Pertamina Patra Niaga. Pembatalan ini dipicu kandungan etanol dalam produk Pertamina, meski secara regulasi kadar tersebut masih dalam batas aman.

Etanol di dalam BBM diperbolehkan hingga 20 persen, sementara produk Pertamina hanya mengandung sekitar 3,5 persen. Meski demikian, sejumlah operator SPBU swasta memilih mundur karena menilai kandungan tersebut dapat memengaruhi strategi mereka dalam menjual produk kepada konsumen.

Situasi ini menunjukkan adanya persimpangan antara standar regulasi, kepentingan bisnis swasta, dan komitmen Pertamina dalam menjaga kualitas produk. Di satu sisi, Pertamina berupaya memperkuat kepercayaan publik melalui mekanisme pengujian berlapis dengan standar internasional. Di sisi lain, dinamika pasar memperlihatkan masih adanya resistensi terhadap BBM bercampur etanol, meskipun pemerintah sendiri tengah mendorong transisi energi berbasis campuran biofuel.

Kebijakan uji mutu yang lebih ketat sekaligus menjadi langkah strategis Pertamina dalam mempertahankan posisi dominannya di pasar domestik, di tengah meningkatnya kompetisi dari operator asing dan swasta nasional.(*/edi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan