Belgia Dukung Gencatan Senjata, Sanksi untuk Israel Tetap Berlaku

Menteri Luar Negeri Belgia Maxime Prevo--

RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Belgia menyatakan dukungannya terhadap perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Namun, negara itu menegaskan tidak akan mencabut sanksi terhadap Tel Aviv dalam waktu dekat. Menteri Luar Negeri Belgia Maxime Prevot menyebut, langkah tersebut masih terlalu dini dilakukan karena beberapa sanksi bahkan belum sepenuhnya diterapkan.

Belgia menegaskan komitmennya untuk memblokir segala bentuk transit senjata dan barang-barang berteknologi ganda yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan militer Israel. Langkah ini disebut sebagai bagian dari tanggung jawab moral dalam memastikan proses perdamaian berjalan adil.

Fokus utama Belgia kini adalah menjamin akses bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan parah akibat perang berkepanjangan. Prevot menilai kondisi di wilayah itu masih tergolong darurat dan membutuhkan intervensi cepat komunitas internasional.

Terkait pengakuan terhadap Palestina, Belgia belum mengambil keputusan final. Pemerintah menilai posisi Hamas dalam pemerintahan Palestina mendatang akan menjadi penentu langkah diplomatik berikutnya. Belgia menekankan pentingnya pembebasan seluruh sandera serta jaminan bahwa Hamas tidak lagi memiliki peran politik di Gaza.

Dalam pernyataan di platform X, Prevot menyebut gencatan senjata tersebut sebagai “langkah krusial” menuju perdamaian dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan. Ia juga mengapresiasi upaya diplomatik yang dilakukan Qatar, Mesir, Amerika Serikat, dan Turki untuk menengahi kesepakatan tersebut.

Kesepakatan gencatan senjata ini merupakan bagian dari rencana 20 poin yang diumumkan AS pada akhir September. Rencana itu mencakup pembebasan tawanan Israel, pertukaran tahanan Palestina, pelucutan senjata Hamas, serta pembangunan kembali Gaza yang hancur akibat perang sejak 2023.

 

Hingga kini, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 67 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Kondisi tersebut membuat wilayah Gaza nyaris tidak layak huni, dengan kelaparan dan penyakit yang semakin meluas.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan