Aroma Madu dari Tanah Pasundan Menguar di Puncak Lampung Barat

PENGHUNJUNG kios penjualan ubi ketela madu di Puncak Testarea Sumberjaya. Foto Rinto--

SUMBERJAYA – Aroma manis menyeruak begitu kaki menapaki kawasan Rest Area Puncak di Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat. Di antara kabut tipis dan udara sejuk khas pegunungan, sebaris oven kecil berjejer rapi di depan lapak sederhana. Di sanalah, ketela madu atau lebih dikenal dengan nama Ubi Cilembu, asal Ciwidey, Jawa Barat, menemukan rumah barunya.

Dulu, untuk mencicipi ubi ketela madu yang terkenal legit itu, pecinta kuliner harus rela menempuh perjalanan jauh ke Tanah Pasundan. Kini, cita rasa yang sama hadir lebih dekat—tak perlu menyeberang pulau. Di Puncak Sumberjaya, aroma ubi panggang yang manis seperti madu menggoda siapa pun yang lewat.

Yoga, pemilik usaha ketela madu di lokasi itu, dengan bangga menyebut seluruh ubi yang ia jajakan masih asli dari Ciwidey. Ia menawarkan dua pilihan bagi pengunjung: ubi panggang siap santap seharga Rp25.000 per kilogram, dan ubi mentah seharga Rp15.000 per kilogram bagi yang ingin mengolahnya sendiri di rumah.

“Beberapa kali kami mencoba pakai ubi lokal, tapi hasilnya beda. Ubi Ciwidey teksturnya lebih lembut dan rasa manisnya muncul alami setelah dipanggang,” ujar Yoga sambil tersenyum, tangannya lincah memutar ubi yang sedang dipanggang di dalam oven.

Sejak enam bulan lalu membuka usaha di tempat ini, Yoga tak pernah kehabisan pelanggan. Dalam dua minggu saja, penjualannya bisa menembus tiga ton. Pembelinya datang silih berganti—ada yang memang warga sekitar, ada pula yang sengaja berhenti sejenak saat melintasi jalur nasional itu untuk menikmati udara segar sambil mencicipi ubi madu hangat.

Panorama pegunungan yang menawan membuat suasana menikmati ketela madu semakin lengkap. Dari balik kabut yang turun perlahan, aroma legit ubi panggang berpadu dengan hawa dingin Sumberjaya, menciptakan pengalaman kuliner yang sederhana namun tak terlupakan.

“Rasanya manis alami, lembut banget di mulut. Cocok untuk camilan keluarga,” ujar Jeni Elizabet, kru Radar Lambar yang berkesempatan mencicipinya langsung.

Lebih dari sekadar makanan, kehadiran ketela madu Ciwidey di Sumberjaya membawa cerita tentang bagaimana cita rasa khas Nusantara bisa menemukan tempat baru tanpa kehilangan keaslian. Usaha kecil ini bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar—sebuah bukti bahwa aroma kesuksesan kadang bermula dari kepulan asap oven sederhana di pinggir jalan pegunungan. (rinto/nopri)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan