Cuaca Ekstrem, BPBD Catat 25 Bencana
                            Kepala Pelaksana BPBD Lambar Padang Prio Utomo, S.H----
BALIKBUKIT – Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Lampung Barat sepanjang tahun ini membuat angka kejadian bencana meningkat signifikan. Hingga Oktober 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat 25 kejadian bencana terjadi di wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Lampung Barat, Padang Prio Utomo, mengatakan, bencana yang terjadi didominasi oleh peristiwa pohon tumbang akibat angin kencang, disusul tanah longsor dan banjir bandang di beberapa titik rawan.
“Sejak awal tahun hingga akhir Oktober, sudah 25 bencana yang kami tangani. Rinciannya, tujuh kejadian tanah longsor, satu banjir, empat kombinasi banjir bandang dan longsor, dua belas akibat cuaca ekstrem seperti pohon tumbang, serta satu kejadian non-alam,” jelas Padang, Senin (3/11/2025).
Menurutnya, sebagian besar pohon tumbang terjadi di jalur penghubung antar kecamatan dan jalan nasional. Beberapa titik terdampak antara lain Jalan Lintas Liwa–Gunungkemala–Krui tepatnya di KM 17, KM 19, KM 22, KM 23, dan KM 27 wilayah Pekon Kubuperahu, Kecamatan Balikbukit. Kondisi serupa juga terjadi di Jalan Sumba V.4 Kelurahan Waymengaku (Komplek Perkantoran Pemkab), Jalan penghubung Kecamatan Sumberjaya–Kebuntebu, serta Jalan Lintas Pekon Gunungratu–Pekon Suoh, Kecamatan Bandarnegeri Suoh.
“Untungnya, tidak ada korban jiwa. Tapi aktivitas warga sempat terganggu karena akses jalan tertutup pohon tumbang. Petugas bersama masyarakat langsung turun membersihkan lokasi,” ujarnya.
Untuk kejadian tanah longsor, BPBD mencatat lokasi paling parah yakni di Jalan Pekon Kagungan dan Sukabanjar, Kecamatan Lumbokseminung, kawasan Pasar Senin, Kelurahan Fajarbulan, Kecamatan Waytenong, Jalan Way Robok dan Jalan Penghubung Seranggas-Pantau Kecamatan Balikbukit. Lalu, jalan alternatif Hamkater di Pekon Tanjungraya Kecamatan Sukau, jalan Lintas Liwa-Ranau Pekon Balak Kecamatan Balikbukit. Longsor di sejumlah titik ini sempat menutup jalur utama dan mengancam pemukiman warga.
Sementara satu kejadian non-alam terjadi di kawasan Puncak Gunung Pesagi, Pekon Bahway, Kecamatan Balikbukit, yang disebabkan faktor cuaca ekstrem di area pendakian.
Padang menegaskan, kondisi geografis Lampung Barat yang didominasi perbukitan dan lembah menjadikan wilayah ini rawan bencana, terutama longsor dan banjir bandang saat musim hujan. Karena itu, BPBD terus meningkatkan kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini di lapangan.
“Kami sudah petakan titik-titik rawan dan memperkuat koordinasi dengan aparatur kecamatan, pekon, TNI, Polri, serta relawan. Setiap laporan bencana akan direspons cepat agar dampaknya tidak meluas,” ungkapnya.
Selain penanganan cepat, upaya mitigasi bencana juga dilakukan dengan memperbanyak kegiatan sosialisasi ke masyarakat. Warga diimbau untuk waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem dan segera melapor jika muncul tanda-tanda bencana seperti tanah retak, pohon miring, atau air sungai meluap.
“Kami ingin masyarakat tangguh menghadapi bencana. Antisipasi jauh lebih baik daripada penanganan setelah kejadian,” tegas Padang.
Ia juga mengingatkan agar warga tidak menebang pohon sembarangan di daerah lereng dan menjaga saluran air tetap bersih. “Langkah kecil seperti menjaga drainase bisa mencegah banjir. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa kesadaran masyarakat,” ujarnya.
Padang berharap seluruh pihak berperan aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan kesiapsiagaan. “Dengan kerja sama dan kewaspadaan, kita bisa menekan risiko bencana di Lampung Barat,” tutupnya. (lusiana)