Cabai Geprek Jadi Andalan Ketahanan Pangan Negeri Ratu
Pemerintah Pekon Negeri Ratu, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, terus berinovasi dalam memperkuat sektor ketahanan pangan berbasis potensi lokal dengan menanam cabai geprek--
BATUBRAK – Pemerintah Pekon Negeri Ratu, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, terus berinovasi dalam memperkuat sektor ketahanan pangan berbasis potensi lokal. Tahun anggaran 2025 ini, pekon tersebut memfokuskan alokasi 20 persen Dana Desa untuk mengembangkan usaha hortikultura cabai geprek, yang pengelolaannya dipercayakan kepada Badan Usaha Milik Pekon (BUMPekon) Negeri Ratu.
Langkah ini menjadi bentuk nyata pemerintah pekon dalam menciptakan kemandirian pangan sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Program ini digagas agar hasilnya tidak hanya menjaga ketahanan bahan pangan, tetapi juga memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi petani di wilayah setempat.
Peratin Negeri Ratu, Herpin Adya, mengatakan bahwa sektor hortikultura menjadi fokus ketahanan pangan tahun ini karena dinilai memiliki prospek jangka panjang dan mudah dikembangkan di wilayahnya yang memiliki kondisi tanah subur serta curah hujan ideal untuk tanaman cabai.
“Dana ketahanan pangan 20 persen dari Dana Desa tahun ini kami arahkan untuk budidaya cabai geprek yang dikelola oleh BUMPekon. Tujuannya bukan hanya menjaga ketersediaan bahan pangan, tapi juga meningkatkan ekonomi masyarakat melalui hasil produksi yang bisa dijual ke pasar,” ujar Herpin, Senin (10/11/2025).
Ia menjelaskan, seluruh proses budidaya dilakukan secara sistematis mulai dari penyiapan lahan, pembibitan, penanaman hingga pemanenan. Pemerintah Pekon juga menyiapkan pendampingan teknis bersama petugas penyuluh pertanian agar hasil produksi maksimal dan berkelanjutan.
“BUMPekon sebagai pengelola diberi tanggung jawab penuh untuk mengatur sistem penanaman dan pemasaran. Kami ingin BUMPekon menjadi motor penggerak ekonomi desa yang tidak hanya mengelola dana, tapi juga menciptakan siklus usaha produktif,” jelasnya.
Menurut Herpin, cabai dipilih karena merupakan komoditas dengan nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang stabil, terutama untuk kebutuhan rumah tangga dan usaha kuliner di wilayah Liwa dan Batubrak. Selain itu, harga cabai yang fluktuatif justru menjadi peluang bagi petani untuk mendapatkan keuntungan lebih besar bila dikelola secara kolektif dan efisien.
“Selama ini masyarakat hanya menanam cabai untuk konsumsi pribadi. Sekarang kami arahkan agar menjadi usaha bersama, dikelola secara profesional lewat BUMPekon sehingga ada nilai ekonomi yang jelas,” lanjutnya.
Tak hanya itu, hasil panen cabai geprek nantinya akan dipasarkan secara langsung ke pasar tradisional, warung makan, serta pedagang lokal. Pemerintah Pekon juga berencana mengembangkan produk turunan seperti cabai kering dan sambal kemasan untuk menambah nilai jual produk.
“Harapan kami, program ini tidak berhenti di budidaya saja, tapi berkembang ke tahap olahan. Dengan begitu, ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan bahan, tapi juga nilai tambah ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Herpin. (edi/lusiana)