Ribuan Gen Z Kesulitan Cari Kerja
Ilustrasi AI Generator Image Gen Z----
BALIKBUKIT – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lampung Barat (Lambar), tercatat sebanyak 8.704 generasi Z atau Gen Z di belum memiliki pekerjaan alias menganggur.
Saat ini jumlah pengangguran Gen Z jadi yang paling banyak di Lampung Barat dengan persentase 71,88 persen. Dari data dari BPS angka pengangguran terbuka di Lampung Barat 2,25 persen atau berjumlah 12.109 orang, masih yang terendah se-Lampung.
“Berdasarkan persentase angka pengangguran terbuka itu, Gen Z menjadi generasi yang paling banyak belum bekerja yakni 8.704 orang atau 71,88 persen,” ungkap Kepala BPS Lampung Barat Nasrullah Arsyad.
Dijelaskan, Gen Z merupakan seseorang yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012 dan memiliki usia 15-28 tahun. Selain Gen Z, generasi Y atau millenial (1981-1996) dan generasi X (1965-1980) turut menyumbangkan angka pengangguran meski tidak signifikan. Generasi millenial sebanyak 1.771 orang atau 14,63 persen, sedangkan generasi X 1.634 orang atau 13,49 persen.
”Ada beberapa faktor yang membuat Gen Z di Lampung Barat belum memiliki pekerjaan atau susah mencari kerja. Faktor-faktor tersebut berdasarkan hasil analisa dan survey yang dilakukan BPS Lampung Barat baru-baru ini,” kata dia.
“Hasil survey kenapa tinggi salah satunya karena lapangan kerja di sektor formal yang ada di Lampung Barat turun atau menyempit. Kami juga menemukan Gen Z cenderung menempuh pendidikan yang lebih lama sehingga Gen Z lebih selektif memilih pekerjaan,” terusnya.
Nasrullah menilai, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin selektif orang tersebut memilih pekerjaan. Terakhir, faktor banyaknya Gen Z yang belum bekerja di Lampung Barat yakni tidak sinkronnya keterampilan dan permintaan tenaga kerja.
”Akan ada dampak yang ditimbulkan jika melihat kondisi angka pengangguran Gen Z yang tinggi ini. Yakni salah satunya pada dampak sosial seperti kriminalitas. Lalu berpengaruh juga ke penurunan produktivias ekonomi. Hal itu disebabkan karena potensi tenaga kerja tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Terakhir bisa berdampak ke mental dan emosional,” tutupnya. *