Wajar Anaknya Pintar-Pintar, Ternyata Begini Sistem Pendidikan di Finlandia yang Bisa Ditiru

Ilustrasi aktivitas belajar (freepik.com)--

5. Tidak Ada Tes Standar

Finlandia tidak memiliki tes standar untuk seluruh siswa seperti halnya Ujian Nasional (UN) di Indonesia. Ini karena mereka menyadari bahwa setiap anak mempunyai keunikan dan kecerdasannya masing-masing.

Satu-satunya tes yang ada di negara itu ialah Ujian Matrikulasi Nasional. Akan tetapi, tes itu bersifat sukarela untuk siswa sekolah menengah atas memasuki tahun akhir.

Sebagai gantinya, peserta didik dinilai secara individual dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan oleh guru. Kemudian, keseluruhan nilai perkembangan siswa dilakukan oleh Kementerian Pendidikan setempat dengan mengambil sampel kelompok dari setiap sekolah.

6. Ada Opsi Selain Kuliah.

Pendidikan Finlandia menawarkan opsi yang menguntungkan bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya. Di negara itu, ada sekolah menengah atas yang merupakan program tiga tahun untuk mempersiapkan siswa mengikuti Ujian Matrikulasi.

Ujian Matrikulasi ialah ujian yang menentukan penerimaan di universitas. Umumnya, ujian itu didasarkan pada spesialisasi yang mereka peroleh selama menempuh pendidikan di sekolah menengah.

Kemudian, ada pendidikan kejuruan yaitu program tiga tahun melatih siswa untuk melanjutkan karier profesional. Sehingga anak-anak disana punya pilihan untuk mengikuti tes Matrikulasi apabila ingin mendaftar ke Universitas.

7. Mulai Belajar Lebih Siang

Sekolah disana biasanya baru memulai aktivitas belajar mengajar pada pukul 09.00 hingga 09.45. Sehingga Sekolah disana dimulai lebih siang dan biasanya selesai pukul 02.00 hingga 02.45. Selain itu, sistem pembelajaran secara keseluruhan tidak ada yang memberikan pelajaran yang banyak bagi siswa untuk menciptakan lingkungan pembelajaran holistik.

8. Guru yang Sama Selama Bertahun-tahun

Siswa di Finlandia diajari oleh guru yang sama selama enam tahun bersekolah. Dengan begitu, guru bisa berperan sebagai mentor atau seperti anggota keluarga. Bertahun-tahun bersama, siswa dan guru membangun rasa saling percaya sehingga saling mengenal dan menghormati antar murid.

Hal Ini diterapkan karena masing-masing individu memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda-beda. Dengan menerapkan sistem itu para guru bisa mengetahui kebutuhan para siswanya sehingga mereka dapat secara akurat memerhatikan perkembangan setiap peserta didik.

9. Sistem Belajar yang Santai

Suasana pembelajaran cenderung lebih santai.m menjadi salah satu cara. Siswa biasanya hanya memiliki beberapa kelas dalam sehari. Mereka diberi waktu untuk makan serta melakukan kegiatan yang menyenangkan termasuk bersantai. Bahkan, siswa diberikan waktu 15 sampai 20 menit untuk meregangkan tubuh, menghirup udara segar, ataupun beristirahat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan