Radarlambar.bacakoran.co- Penguatan nilai tukar terhadap baht dengan mata uang lainnya berdampak langsung pada sektor pariwisata Thailand. Dampak ini terutama bagi wisatawan asing yang berkunjung ke Thailand termasuk wisatawan Indonesia yang saat ini mendapati uang mereka tak dapat membeli sebanyak sebelumnya.
Hal ini membuat wisatawan mengurangi pengeluaran mereka, yang pada gilirannya bisa menghambat pencapaian target pendapatan pariwisata Thailand.
Dikutip dari Thailand Business News, Baht yang kuat, yang dipengaruhi pemotongan suku bunga di Amerika Serikat yang membuat Thailand semakin kurang terjangkau bagi para pelancong serta berdampak di pendapatan sektor pariwisata.
Selama beberapa dekade, Thailand suxah kokoh menjadi surga bagi pelancong dengan anggaran yang terbatas. Baik backpacker atau para pencari kemewahan berbondong-bondong datang, tergoda oleh janji petualangan murah serta pengalaman mewah tanpa harus menguras kantong.
Tetapi, saat ini sedang terjadi perubahan yang signifikan, yang mana Negeri Gajah Putih meskipun tetap memikat namun sedang menghadapi lonjakan biaya yang mengubah citra ramah anggarannya.
Simbol kelezatan dengan harga terjangkau, saat ini mengalami kenaikan harga, kendati masih relatif murah dibandingkan standar global. Namun, akomodasi, transportasi serta atraksi wisata juga mengikuti tren kenaikan ini dengan harga yang semakin mendekati destinasi lain yang sebelumnya dinilai lebih mahal.
Akibatnya, wisatawan yang sadar anggaran mungkin akan memilih negara Asia Tenggara lainnya dengan nilai tukar yang lebih menguntungkan, kondisi ini jelas berdampak dengan industri pariwisata Thailand.(*)