Abu Mohammed al-Golani: Dari Bayangan Al-Qaeda ke Pemimpin Pemberontakan Suriah

Senin 09 Dec 2024 - 13:56 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co - Abu Mohammed al-Golani adalah pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok pemberontak yang awalnya merupakan cabang al-Qaeda di Suriah. Sejak 2016, setelah memutuskan hubungan dengan al-Qaeda, al-Golani dan HTS terus berkembang, bahkan mengubah identitas kelompok dan mengklaim kendali atas wilayah barat laut Suriah, terutama provinsi Idlib. HTS kemudian memimpin pemberontakan yang menggulingkan rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024, yang berakhir dengan pelarian Assad ke Rusia.

Transformasi HTS: Dari Al-Qaeda ke Kelompok yang Lebih Moderat
Sejak awal konflik Suriah pada 2011, HTS, yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra, menjadi salah satu kekuatan terbesar dalam perlawanan terhadap Assad. Sebagai bagian dari al-Qaeda, kelompok ini menjalankan agenda untuk mendirikan negara Islam berdasarkan hukum syariah. Namun, pada 2016, HTS memilih untuk memutuskan hubungan dengan al-Qaeda, yang menandai langkah pertama mereka dalam membangun citra yang lebih moderat, meskipun tetap mempertahankan ideologi Islamis.

Penampilan Publik dan Strategi Media
Al-Golani sendiri menjadi lebih terlihat publik setelah pengambilalihan Damaskus, meskipun sebelumnya ia dikenal sebagai sosok yang jarang tampil di depan media. Salah satu momen penting adalah pidatonya di Masjid Umayyah di Damaskus, di mana ia menyatakan bahwa kemenangan HTS adalah kemenangan untuk seluruh umat Islam, dengan pesan khusus untuk minoritas Suriah, termasuk Syiah Alawi dan komunitas Kristen, yang dia janjikan perlindungan dari kekerasan.

Meskipun upaya HTS untuk mengubah citra mereka dengan lebih menekankan pada pesan inklusif, banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Turki, tetap menganggap HTS sebagai kelompok teroris karena latar belakangnya yang kuat dengan al-Qaeda dan rekam jejak kekerasannya di Suriah.

HTS dan Peranannya dalam Perang Suriah
Setelah perpecahan dengan ISIS, HTS terus memperluas pengaruhnya, terutama di wilayah Idlib, yang menjadi benteng pemberontakan setelah kejatuhan ISIS. HTS mendirikan sebuah pemerintahan sipil yang dikenal dengan nama Pemerintah Keselamatan, yang mencoba menampilkan diri sebagai alternatif yang lebih moderat bagi warga sipil yang berada di bawah ancaman Assad dan kelompok-kelompok lain.

Namun, meskipun HTS mengklaim tidak berurusan dengan aksi terorisme internasional dan menolak pembunuhan warga sipil, kelompok ini tetap terlibat dalam berbagai serangan bersenjata terhadap pasukan pemerintah Suriah dan musuh-musuhnya. Dalam pernyataannya, al-Golani menegaskan bahwa kelompoknya tidak pernah berniat untuk mengekspor kekerasan ke luar Suriah, meskipun banyak pihak yang skeptis terhadap niat tersebut.

Dampak Terhadap Kaum Minoritas
Dalam upaya untuk meraih dukungan dari kaum minoritas di Suriah, al-Golani dan HTS berusaha menunjukkan sikap yang lebih terbuka. Mereka mengeluarkan pernyataan yang mencoba menenangkan ketakutan kelompok Alawi dan Kristen dengan janji akan melindungi mereka dan menjaga harta benda mereka. Meskipun demikian, hal ini tidak mengubah pandangan banyak pihak yang menganggap HTS sebagai bagian dari gelombang ekstremisme Islam yang memicu ketakutan dan ketegangan sektarian di Suriah.

Abu Mohammed al-Golani telah berkembang dari sosok yang berada di balik bayang-bayang sebagai pemimpin Front Nusra, menjadi tokoh pemberontak terkemuka yang menggulingkan Bashar al-Assad. Meskipun HTS berusaha untuk mengubah citranya dengan merangkul simbol-simbol revolusi Suriah yang lebih luas, mereka tetap dianggap sebagai kelompok teroris oleh banyak negara karena hubungan masa lalu mereka dengan al-Qaeda dan rekam jejak kekerasannya. Dalam konteks konflik Suriah yang berlarut-larut, peran al-Golani dan HTS tetap penuh kontroversi, dengan dampak yang mendalam terhadap masa depan Suriah dan stabilitas kawasan. (*)

Kategori :