Negara Arab Gelap Gulita, Banyak yang Curiga Ulah Israel

Foto: Abu Ali al-Khair, warga Jableh, berjalan di rumahnya yang rusak, saat Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa bergulat dengan dampak dari pembunuhan massal terhadap anggota minoritas Alawi yang dilaporkan, di Jableh, Suriah, 12 Maret 2025. Foto/RE--
Radarlambar.bacakoran.co- Suriah mengalami pemadaman listrik secara nasional akibat gangguan teknis pada jaringan listrik.
Kementerian Energi Suriah menjelaskan bahwa tim teknis telah dikerahkan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sejak Selasa malam. Hingga kini, belum ada indikasi bahwa pemadaman ini disebabkan oleh serangan.
Laporan dari kantor berita SANA menyebutkan bahwa pasokan listrik mulai kembali ke beberapa provinsi, seperti Homs, Hama, dan Tartous. Upaya pemulihan terus dilakukan secara bertahap agar wilayah lain segera mendapatkan aliran listrik.
Kondisi kelistrikan di Suriah memang mengalami krisis berkepanjangan, di mana sebagian besar wilayah hanya mendapatkan pasokan listrik selama dua hingga tiga jam per hari.
Sebelumnya, negara ini bergantung pada pasokan minyak dari Iran untuk pembangkit listrik. Namun, sejak pergantian pemerintahan pada Desember 2024, distribusi minyak tersebut terhenti, menyebabkan semakin parahnya krisis energi.
Pemerintahan sementara di bawah Presiden Ahmed al-Sharaa telah berupaya mencari solusi dengan mengimpor listrik dari Yordania serta menerima bantuan dua kapal pembangkit listrik dari Turki dan Qatar. Selain itu, rencana penggunaan tongkang listrik terapung juga sedang dipertimbangkan untuk menambah pasokan energi bagi warga.
Hingga kini, jutaan warga Suriah masih kesulitan mendapatkan sumber listrik alternatif, seperti panel surya atau generator pribadi, akibat biaya yang tinggi.
Pemerintah juga terus bernegosiasi agar sanksi ekonomi internasional dicabut guna mempercepat pemulihan ekonomi dan infrastruktur yang hancur akibat konflik berkepanjangan.(*)