SEKINCAU - Proyek pembangunan jalan semenisasi di kawasan permukiman Pekon Giham Sukamaju, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, yang dikerjakan melalui anggaran APBD Provinsi Lampung, menjadi sorotan tajam.
Proyek ini, yang dikelola Dinas PUPR PKP-CK Provinsi Lampung dan digarap oleh CV Rezeki Anugerah Abadi, baru selesai pada Senin (16/12/2024). Namun, kualitasnya memicu kekecewaan banyak pihak.
Koordinator Divisi Investigasi LSM GMBI Lampung Barat, Tobroni mengungkapkan dari hasil investigasi yang dilakukan, pihaknya menemukan sejumlah kejanggalan di empat titik proyek tersebut.
"Ketika kami turun ke lokasi, banyak hal mencurigakan. Papan proyek tidak mencantumkan detail panjang, lebar, atau tinggi pekerjaan. Ketebalan semenisasi juga tidak konsisten, hanya 0,15 meter di sisi kiri-kanan, sementara bagian tengah bahkan hanya 0,10 meter," ujar Tobroni.
Ia juga mengungkapkan bahwa campuran adukan semen tidak sesuai spesifikasi. "Untuk lapisan dasar, hanya menggunakan setengah sak semen per satu molen, sementara lapisan atas menggunakan satu sak semen. Bahkan untuk memberi kesan memenuhi standar, bagian atasnya hanya ditabur semen kering,” kata dia.
Lebih mengejutkan lagi, Tobroni menyatakan bahwa campuran adukan tampak minim semen. "Saat kami garuk dengan tangan kosong, langsung ambyar. Proyek ini menghabiskan anggaran rata-rata Rp199 juta per titik, tetapi kualitasnya sangat buruk," tegasnya.
Keanehan lain muncul di salah satu titik proyek yang berada di jalan buntu tanpa akses jelas. Saat dikonfirmasi, seorang pekerja mengaku tidak menggunakan batu split karena anggarannya sudah tidak ada lagi.
Warga sekitar juga mengungkapkan kekecewaan mereka. "Kami senang ada pembangunan, tapi kalau kualitasnya begini, percuma saja. Jalan ini pasti cepat rusak lagi," kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Seorang warga lain dari Pekon Tigajaya menambahkan, "Ini pertama kali saya lihat proyek rabat beton seperti ini. Tidak ada papan informasi, jadi kami tidak tahu asal anggarannya. Sangat mengecewakan," imbuhnya.
Proyek ini menjadi contoh nyata bagaimana buruknya pengelolaan anggaran publik jika hanya berorientasi pada keuntungan tanpa memperhatikan kualitas.
Masyarakat kini menunggu tindakan tegas dari pihak terkait atas dugaan penyimpangan ini. (rinto/lusiana)