Aliran Gas Rusia ke Eropa Terhenti: Dampak terhadap Keamanan Energi di Benua Eropa

Kamis 02 Jan 2025 - 13:54 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Pada 1 Januari 2025, aliran gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina resmi terhenti setelah kesepakatan transit utama antara kedua negara berakhir. Keputusan ini semakin menambah ketegangan mengenai keamanan energi di Eropa, yang kini harus mengandalkan cadangan energi yang terbatas. Gazprom PJSC, perusahaan energi Rusia, menyatakan bahwa mereka kehilangan hak untuk mengalirkan gas melalui Ukraina setelah pihak Ukraina menolak memperpanjang perjanjian transit yang telah berlaku selama lima tahun.

Hal ini menyusul penolakan eksplisit dari pihak Ukraina untuk memperbaharui kesepakatan yang mengatur pasokan gas Rusia ke Eropa melalui wilayah Ukraina. Dengan penghentian ini, Ukraina menyatakan bahwa mereka tidak lagi mengizinkan aliran gas Rusia melintasi wilayah mereka, mengutamakan kepentingan keamanan nasional.

Ukraina Menghentikan Ekspor Gas untuk Keamanan Nasional

Penghentian aliran gas tersebut dilakukan pada pukul 07.00 waktu setempat pada 1 Januari 2025. Kementerian Energi Ukraina mengumumkan bahwa keputusan tersebut diambil untuk melindungi keamanan negara mereka. Meskipun langkah ini menghilangkan satu jalur pasokan penting bagi Eropa, Ukraina mengklaim telah mempersiapkan infrastruktur untuk menghadapi ketidakhadiran aliran gas Rusia. Selain itu, mereka telah memperkuat pasokan gas mereka melalui rute selatan dan impor dari Polandia untuk memastikan ketahanan energi domestik.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun aliran gas melalui Ukraina hanya menyumbang sekitar 5% dari total kebutuhan gas Eropa, penghentian tersebut tetap memberikan dampak signifikan, terutama bagi negara-negara di Eropa Tengah yang masih bergantung pada pasokan gas Rusia. Negara-negara ini kini harus mencari alternatif pasokan yang lebih mahal.

Dampak pada Pasokan Gas Eropa

Krisis energi yang terjadi sebagai akibat dari penghentian aliran gas ini menambah tekanan pada pasokan gas di Eropa, yang sudah menipis akibat musim dingin yang lebih dingin dari perkiraan. Negara-negara Eropa Tengah, seperti Slovakia dan Hongaria, yang selama ini sangat bergantung pada gas Rusia, kini dipaksa mencari sumber alternatif, namun dengan harga yang lebih mahal.

Meskipun negara-negara Uni Eropa telah berupaya mendiversifikasi sumber gas mereka sejak 2022 dengan lebih mengandalkan impor gas alam cair (LNG) dari negara-negara seperti Amerika Serikat, situasi ini tetap menjadi tantangan besar, mengingat ketergantungan jangka panjang Eropa terhadap gas Rusia.

Protes dan Ketegangan Politik di Eropa

Keputusan Ukraina untuk menghentikan ekspor gas ini memicu protes dari beberapa negara Eropa yang merasa akan terkena dampak langsung. Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, misalnya, memperingatkan bahwa penghentian pasokan gas akan memperburuk kondisi ekonomi di Eropa. Fico mengestimasi bahwa konsumen Eropa dapat menghadapi kenaikan harga gas hingga €50 miliar per tahun dan kenaikan biaya listrik sebesar €70 miliar. Negara-negara Eropa Tengah, yang selama ini lebih memilih gas murah dari Rusia, kini harus bersaing di pasar energi global yang semakin ketat.

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan bahwa penghentian transit gas melalui Ukraina tidak akan berdampak besar pada pasar energi Eropa secara keseluruhan, berkat diversifikasi pasokan yang sudah dilakukan. Namun, beberapa negara Eropa Tengah tetap khawatir dengan dampak jangka pendek terhadap harga energi.

Rusia Masih Meneruskan Pasokan ke Beberapa Negara

Meskipun gas tidak lagi mengalir melalui Ukraina, Rusia masih melanjutkan pasokan gas ke negara-negara seperti Serbia dan Hongaria melalui jalur pipa lain, seperti TurkStream. Namun, kapasitas jalur ini tidak cukup untuk menggantikan pasokan gas yang sebelumnya mengalir melalui Ukraina. Selain itu, pipa gas Nord Stream yang menghubungkan Rusia ke Jerman rusak akibat ledakan pada 2022, dan jalur Nord Stream 2 yang lebih baru juga tidak dapat beroperasi setelah Jerman menangguhkan izin operasionalnya.

Masa Depan Keamanan Energi Eropa

Krisis ini menunjukkan betapa rentannya Eropa terhadap ketergantungan jangka panjang pada gas Rusia dan menyoroti pentingnya diversifikasi sumber energi. Meskipun Uni Eropa telah berupaya mengurangi ketergantungan ini, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, penghentian aliran gas melalui Ukraina menunjukkan bahwa proses diversifikasi tersebut belum dapat mengatasi ketergantungan yang ada secara sepenuhnya.

Ke depan, Eropa akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga pasokan energi yang stabil dan terjangkau, serta mengatasi dampak ekonomi dari ketegangan politik yang timbul akibat penghentian aliran gas. Meskipun Uni Eropa telah bekerja keras untuk mempersiapkan alternatif energi, situasi ini masih mengancam ketahanan energi jangka pendek benua tersebut. (*)








Kategori :