Teh Unik dengan Aroma Smoky dari Lereng Gunung Merapi, Menjaga Alam dan Meningkatkan Ekonomi Lokal

Rabu 19 Mar 2025 - 07:26 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Setelah hujan deras yang mereda menjadi rintik-rintik, suasana di rumah Mbah Sastro di Dukuh Kayulawang, Desa Mriyan, terasa sejuk dan asri. Rumah sederhana itu dikelilingi tanaman singkong dan pohon teh tua yang terawat dengan rapi. Dari halaman rumahnya, pemandangan Gunung Merapi yang gagah menjulang semakin menambah keindahan lingkungan sekitar.

Mbah Sastro, yang kini berusia 95 tahun, masih menjaga kebun dan rumahnya meski usianya yang sudah lanjut. Ia bercerita tentang pohon teh yang tumbuh di desanya, yang dulunya dibagikan oleh pabrik teh Belanda yang kini telah hilang. Teh yang dihasilkan dari pohon-pohon tersebut memiliki ciri khas yang unik: aroma smoky yang terbentuk karena proses pengolahan daun teh yang disangrai menggunakan kayu bakar, bukan dijemur seperti kebanyakan teh lainnya.

Teh dengan aroma khas ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi Agus Sumanto, ketua kelompok tani Sekar Aji, yang berinisiatif untuk mengolah teh tersebut dan menjualnya. Sumanto menjelaskan bahwa teh di desa ini sangat berbeda, tidak hanya karena aroma smoky-nya, tetapi juga karena proses pengolahan yang mempertahankan kualitas alami dari daun teh.

Keberadaan tanaman teh di Dukuh Kayulawang tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat, tetapi juga berperan penting dalam konservasi alam. Daerah ini terletak di lereng timur Gunung Merapi, yang merupakan daerah resapan air yang penting bagi kelangsungan ekosistem di sekitar Klaten, Sukoharjo, dan Boyolali. Tanaman teh yang memiliki akar yang dalam dan luas, mampu menstabilkan tanah serta mengurangi erosi, sehingga sangat berguna dalam menjaga aliran air ke dalam tanah.

Kelompok tani Sekar Aji kini memproduksi teh kering dari daun teh yang dipetik langsung dari pohon-pohon teh yang tumbuh di halaman rumah warga. Mereka mengemasnya dengan nama Teh Piles, yang merujuk pada cara pengolahan daun teh yang diperas (piles) sebelum disangrai. Teh ini semakin menarik minat karena kualitas dan rasa yang unik, serta proses pembuatan yang tidak melibatkan bahan kimia atau pestisida, melainkan menggunakan pupuk kandang alami.

Selain meningkatkan penghasilan warga setempat, budidaya teh ini juga berkontribusi pada pelestarian alam, khususnya di daerah resapan air. Proyek ini menggabungkan prinsip konservasi dengan pertanian yang berkelanjutan, dan kini, kelompok tani juga berusaha meningkatkan produksi dengan menanam lebih banyak pohon teh, berjumlah lebih dari seribu pohon di desa tersebut.

Sumanto berharap budidaya teh ini dapat memberikan manfaat ekonomi bagi warga, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Dengan kualitas teh yang semakin baik, mereka berharap bisa memperluas pasar dan menawarkan produk teh khas ini kepada lebih banyak orang

Kategori :