Radarlambar. bacakoran.co -Mesir tengah mempersiapkan usul baru untuk menciptakan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, yang diharapkan dapat mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Usul ini diperkirakan akan diajukan dalam beberapa hari mendatang, dengan tujuan untuk mewujudkan gencatan senjata jangka panjang, yang diperkirakan bisa bertahan antara lima hingga tujuh tahun. Gencatan senjata ini diharapkan dapat membawa kedamaian, dengan melibatkan jaminan dari negara-negara regional dan internasional untuk memastikan kedua belah pihak mematuhi kesepakatan yang tercapai.
Mesir bekerja sama dengan Qatar dan Amerika Serikat dalam merancang usul gencatan senjata ini, yang bertujuan untuk menghentikan permusuhan dan memulai pemulihan Gaza yang telah porak-poranda akibat konflik. Setelah kesepakatan tercapai, kedua belah pihak diharapkan menghentikan seluruh operasi militer mereka, dan bantuan kemanusiaan serta upaya pemulihan akan segera dimulai.
Gencatan senjata yang diusulkan mencakup beberapa elemen penting. Salah satunya adalah penarikan pasukan Israel dari Gaza, dimulainya proses pembangunan kembali wilayah tersebut, serta penghapusan blokade yang telah berlangsung sejak 2007. Meski demikian, Israel berharap Hamas akan menunjukkan komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata jangka panjang dan tidak lagi menguasai Gaza.
Hanya saja Israel hanya bakal setuju gencatan senjata menyertakan pembebasan sejumlah sandera Israel masih ditahan Hamas. Di sisi lain, Hamas juga memiliki tuntutan, yakni penghapusan blokade serta penghentian kebijakan-kebijakan yang mereka anggap mengekang wilayah Palestina. Keberhasilan gencatan senjata ini sangat bergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk saling memberi kompromi.
Hamas sendiri sebelumnya juga mengajukan usulan untuk gencatan senjata yang lebih panjang, dengan durasi lima hingga sepuluh tahun. Mereka menawarkan pertukaran tahanan Palestina dengan sandera Israel serta komitmen untuk menghentikan operasi militer mereka dan melucuti senjata mereka. Meskipun demikian, ada ketegangan dalam pembicaraan ini, karena Hamas tidak bersedia untuk sepenuhnya menghentikan keterlibatan mereka dalam politik atau menyerahkan senjata mereka.
Meski Israel dan Hamas memiliki perbedaan besar dalam hal kesepakatan ini, Mesir, bersama dengan Qatar dan AS, terus berupaya mencari jalan tengah. Diharapkan meskipun jalan menuju perdamaian penuh tantangan namun upaya diplomatik ini dapat membuka peluang bagi tercapainya gencatan senjata yang akan memberikan kenyamanan bagi rakyat Gaza yang sudah lama menderita akibat konflik yang tidak kunjung usai.
Dengan langkah ini, Mesir berperan penting dalam mengarahkan upaya internasional untuk menciptakan perdamaian di Gaza, memberikan harapan bahwa meskipun tantangan besar masih ada, dialog dan diplomasi dapat membuka pintu menuju solusi yang lebih adil bagi kedua pihak. (*)
Kategori :