Radarlambar.bacakoran.co -Ketegangan antara 2 negara bersenjata nuklir Pakistan dan India kembali meningkat tajam menyusul dugaan rencana serangan militer yang dikabarkan bakaldilakukan India dalam waktu dekat. Pemerintah Pakistan menyebut telah mengantongi informasi intelijen yang menunjukkan adanya ancaman nyata dari negara tetangganya itu, yang disebut-sebut akan menggunakan insiden penembakan di Pahlgam sebagai alasan utama.
Situasi ini memicu kekhawatiran bakal kemungkinan pecahnya konflik terbuka di wilayah Kashmir yang sudah lama menjadi sumber sengketa. Selama beberapa hari terakhir aktivitas militer meningkat di sepanjang perbatasan menandai babak baru ketegangan yang dapat berdampak luas bagi kawasan.
Ketegangan semakin diperparah dengan insiden jatuhnya pesawat tak berawak milik India di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Sementara itu, India belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden tersebut. Di sisi lain, militer India menegaskan bahwa mereka menghadapi serangan senjata ringan dari pihak Pakistan di sekitar Garis Kontrol, namun mengklaim telah merespons secara terukur tanpa korban jiwa. Penduduk di wilayah Pakistan pun melaporkan telah mendengar suara tembakan, walau belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah Islamabad.
Serangan terhadap para wisatawan di distrik Pahlgam menjadi titik balik dari eskalasi ini. Dalam insiden itu puluhan orang tewas dan terluka Pemerintah India merespons cepat dengan meningkatkan pengamanan serta menutup sebagian besar lokasi wisata di Kashmir. Bahkan, Perdana Menteri Narendra Modi mempercepat kepulangannya dari kunjungan luar negeri untuk menggelar rapat keamanan darurat bersama pejabat tinggi negara.
Tuduhan saling lempar kembali mengemuka. India menuding kelompok bersenjata dari Pakistan berada di balik serangan tersebut, sedangkan Pakistan menolak tudingan itu dan menilai India tengah menggulirkan narasi disinformasi.
Sebagai balasan, Pakistan membatasi aktivitas diplomatik India di Islamabad, menutup wilayah udaranya untuk penerbangan dari dan ke India, serta menghentikan seluruh perdagangan bilateral. Pemerintah Pakistan mempertimbangkan agar menangguhkan Perjanjian Shimla yang sudah telah menjadi landasan stabilitas perbatasan sejak perang tahun 1971.
Kelompok bersenjata Front Perlawanan dikaitkan dengan Lashkar-e-Taiba mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Pahlgam. Pernyataan ini menambah dimensi kompleks pada konflik yang sudah dipenuhi dengan kecurigaan dan kepentingan geopolitik.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi yang lebih luas, terlebih dengan kedua negara memiliki kekuatan nuklir. Meskipun masing-masing pihak mengaku siap membela negaranya, penggunaan senjata pemusnah massal disebut hanya akan menjadi opsi terakhir jika benar-benar menghadapi ancaman eksistensial. (*)
Kategori :