Radarlambar.bacakoran.co- CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyoroti potensi kecerdasan buatan (AI) untuk berperan lebih dari sekadar asisten digital. Dalam sejumlah wawancara dan forum teknologi, ia menyampaikan pandangan bahwa AI dapat menjadi teman hingga terapis virtual, terutama bagi individu yang mengalami kesepian atau kesulitan menjalin hubungan sosial.
Zuckerberg mengamati bahwa banyak orang di Amerika Serikat memiliki jumlah teman yang sangat terbatas, sementara pada saat yang sama mereka mendambakan lebih banyak koneksi sosial. Dalam kondisi ini, AI dinilai bisa menjembatani kesenjangan sosial dengan memberikan interaksi yang personal dan responsif.
Menurut Zuckerberg, meskipun hubungan fisik masih menjadi bentuk interaksi yang ideal, realitas menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki akses pada koneksi sosial yang diinginkan. Oleh karena itu, kehadiran AI yang mampu memahami preferensi dan kebutuhan pengguna dapat memberikan nilai tambah dalam kehidupan manusia.
Pada konferensi teknologi tahunan yang diselenggarakan oleh Stripe, Zuckerberg menjelaskan bahwa teknologi saat ini telah berkembang cukup jauh. Ia mencontohkan algoritma pada media sosial seperti Instagram dan TikTok yang sudah mampu membaca kebiasaan dan selera pengguna, serta menyuguhkan konten yang relevan.
Dalam wawancara lainnya, Zuckerberg juga menyampaikan keyakinannya bahwa AI bisa menjadi solusi bagi mereka yang tidak mampu mengakses layanan terapi profesional. Teknologi ini memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan kekhawatiran dan perasaan mereka tanpa hambatan biaya atau ketersediaan layanan kesehatan mental.
Meskipun demikian, pandangan tersebut belum sepenuhnya diterima oleh kalangan profesional. Sejumlah pakar kesehatan mental menyatakan bahwa AI saat ini belum mampu menggantikan peran terapis yang memiliki pemahaman emosional dan pendekatan berbasis pengalaman manusia. Beberapa kalangan bahkan menilai bahwa penggunaan AI dalam konteks terapi masih berisiko dan memerlukan regulasi ketat.
Perdebatan tentang peran AI dalam ranah sosial dan psikologis masih akan terus berkembang. Namun, pemanfaatan teknologi ini sebagai alat bantu untuk meningkatkan kesejahteraan emosional menunjukkan potensi yang terus menarik perhatian dunia.(*)