Radarlambar.bacakoran.co- Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang dapat menyerang hampir seluruh bagian tubuh, mulai dari kulit, sendi, hingga organ dalam seperti ginjal, paru-paru, bahkan otak. Namun, karena gejalanya sangat bervariasi dan sering menyerupai penyakit lain, lupus kerap terlambat dikenali. Kondisi ini membuat deteksi dini menjadi krusial untuk mencegah kerusakan organ dan komplikasi jangka panjang.
Salah satu tanda awal yang kerap diabaikan adalah demam ringan yang datang berulang tanpa sebab jelas. Suhu tubuh yang meningkat sedikit di atas normal sering kali tidak dianggap sebagai sinyal bahaya, padahal bisa mencerminkan peradangan aktif dalam tubuh. Kondisi ini kerap menandakan flare-up atau gejala lupus yang kambuh.
Kerontokan rambut juga bisa menjadi gejala awal. Rambut rontok secara perlahan atau tiba-tiba di area tertentu, bisa disebabkan oleh inflamasi pada kulit kepala, infeksi, atau efek samping obat. Perubahan pada kulit pun sering terjadi, salah satunya ruam berbentuk kupu-kupu yang khas di wajah. Ruam ini dapat muncul mendadak, terutama setelah paparan sinar matahari. Selain itu, bercak bersisik di tubuh, kelopak mata yang bengkak, hingga sariawan juga patut diwaspadai.
Gejala yang lebih dalam dapat melibatkan organ vital. Peradangan ginjal, atau lupus nefritis, sering muncul dalam lima tahun pertama sejak lupus terdeteksi. Pembengkakan pada kaki, tekanan darah tinggi, serta perubahan warna dan frekuensi urin menjadi tanda-tanda awal yang tak boleh diabaikan. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi gagal ginjal.
Kelelahan ekstrem juga umum terjadi. Sebagian besar penderita lupus mengalami rasa lelah berkepanjangan yang tidak membaik meski telah beristirahat. Masalah ini bisa mengganggu aktivitas harian dan kualitas hidup secara keseluruhan. Di sisi lain, lupus dapat menyebabkan pleuritis, peradangan pada selaput paru-paru, yang memicu nyeri tajam di dada, terutama saat menarik napas atau batuk.
Peradangan juga dapat menyasar sendi, menyebabkan kekakuan, nyeri, dan bengkak, terutama di pagi hari. Dalam beberapa kasus, kondisi ini berkembang menjadi gangguan muskuloskeletal lain seperti tendinitis atau sindrom carpal tunnel.
Sistem pencernaan pun tak luput dari pengaruh lupus. Sebagian penderita mengalami gangguan seperti nyeri ulu hati, refluks, atau gangguan lambung lain yang mengganggu kenyamanan. Gejala tersebut dapat dikendalikan dengan pola makan sehat, obat antasida, serta perubahan gaya hidup.
Penyakit tiroid juga sering menyertai lupus. Ketidakseimbangan hormon tiroid, baik kelebihan maupun kekurangan, dapat memicu gejala tambahan seperti perubahan berat badan, kulit dan rambut kering, serta perubahan suasana hati.
Terakhir, mulut dan mata kering bisa menjadi petunjuk awal lupus. Gejala ini kerap berkaitan dengan sindrom Sjögren, kondisi autoimun lain yang mengganggu fungsi kelenjar air mata dan air liur, sehingga menyebabkan sensasi terbakar atau berpasir di mata.
Dengan beragamnya manifestasi klinis lupus, masyarakat perlu lebih sadar terhadap gejala-gejala yang mungkin tampak ringan namun terjadi berulang. Konsultasi medis dan pemeriksaan laboratorium menjadi kunci utama dalam memastikan diagnosis dan memulai penanganan secara tepat. Deteksi dini sangat menentukan dalam menjaga kualitas hidup penderita dan mencegah komplikasi organ yang berbahaya.(*)