KEBUNTEBU — Di tengah semangat pendidikan yang terus berkembang di pelosok Lampung Barat, SD Negeri 1 Purajaya, Kecamatan Kebuntebu menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan bukan sekadar wacana, tapi sudah menjadi gerakan nyata yang ditanamkan sejak dini.
Lewat program Perilaku Ramah Lingkungan Hidup (PRLH), sekolah dasar yang berada di Kecamatan Kebun Tebu ini menggelorakan semangat peduli lingkungan melalui aksi nyata para siswa dan guru.
Tak sekadar berkutat pada pelajaran di kelas, para siswa SDN 1 Purajaya diajak untuk turun langsung ke lapangan—mengenali, mencintai, dan menjaga lingkungan sekitarnya. Program PRLH yang mulai digalakkan secara intensif sejak tahun ajaran baru ini melibatkan berbagai kegiatan, mulai dari aksi bersih-bersih lingkungan, edukasi sampah, hingga penghijauan di sejumlah titik penting wilayah Kecamatan Kebuntebu.
Setidaknya empat titik menjadi sasaran kegiatan bersih-bersih Curug Ciptamulya, Lapangan Purabhakti, Pasar Minggu Purajaya, dan Situs Megalitikum Batu Brak. Di sana, para siswa tampak antusias memungut sampah, memilahnya, dan memberikan edukasi kepada warga sekitar tentang pentingnya menjaga kebersihan.
Sementara untuk kegiatan penghijauan, sekolah melibatkan siswa dalam penanaman pohon di lokasi-lokasi strategis seperti kawasan wisata Labuhan Jukung Krui, halaman Kantor Kecamatan Kebuntebu, dan lingkungan UPT Puskesmas setempat.
Dengan seragam olahraga dan semangat gotong royong, siswa-siswa kecil itu tampak bangga menyematkan label nama di batang pohon yang mereka tanam—sebagai simbol tanggung jawab dan harapan.
Kepala SDN 1 Purajaya, Rohaini, S.Pd., menjelaskan bahwa penerapan PRLH bukan sekadar program rutinitas sekolah, melainkan gerakan yang menumbuhkan karakter peduli lingkungan sejak dini. Menurutnya, PRLH adalah langkah kecil namun berdampak besar dalam mengubah pola pikir generasi muda tentang pentingnya menjaga alam.
"Anak-anak harus tumbuh dengan kesadaran bahwa bumi ini milik bersama. Dengan mengajarkan mereka cinta lingkungan sejak SD, kami berharap mereka menjadi agen perubahan di masa depan,” ujar Rohaini.
Program PRLH juga mengajarkan siswa untuk bijak dalam menggunakan sumber daya. Mulai dari hemat listrik, air, hingga meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai. Bahkan, sekolah kini mulai memberlakukan sistem eco-brick—yakni mengubah sampah plastik menjadi batu bata ramah lingkungan untuk keperluan pembangunan sederhana.
Keberhasilan program PRLH tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Sekolah menjalin kemitraan aktif dengan aparat kecamatan, puskesmas, komunitas lingkungan, serta tokoh masyarakat setempat. Sinergi ini menjadi kunci dalam menyebarluaskan nilai-nilai PRLH tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga ke tengah masyarakat.
“Gerakan ini akan sia-sia jika berhenti di pagar sekolah. Kami ingin membangun kesadaran kolektif, bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab semua pihak,” jelas salah satu guru pendamping PRLH.
Di tengah gempuran isu lingkungan global dan perubahan iklim yang semakin terasa, langkah kecil yang dilakukan oleh SDN 1 Purajaya menjadi oase harapan. Dari sebuah sekolah negeri di pelosok Lampung Barat, tumbuh tunas-tunas generasi yang tak hanya cerdas secara akademis, tapi juga sadar dan peduli terhadap kelestarian alam.
Dengan komitmen yang terus dijaga, sekolah ini bertekad menjadi contoh dan inspirasi bagi sekolah-sekolah lain. Tak berlebihan jika PRLH di SDN 1 Purajaya disebut sebagai investasi moral dan ekologis yang akan menentukan wajah lingkungan Indonesia di masa mendatang. (rinto/nopri)