Jalan Menuju Sekolah Itu Diperbaiki Warga Laporan dari Waytenong, Lampung Barat

Jumat 15 Aug 2025 - 18:49 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Lusiana

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Pagi yang cerah di Pekon Sukananti, Kecamatan Waytenong, Lampung Barat, diwarnai suara cangkul, linggis, dan ember bergantian terdengar di tepi jalan. 

Puluhan warga, mulai dari bapak-bapak hingga pemuda desa, bekerja bahu-membahu memperbaiki badan jalan yang menghubungkan permukiman mereka dengan SMA Negeri 2 Waytenong.

Tidak ada kontraktor atau alat berat yang didatangkan. Semua dikerjakan secara swadaya—dengan tenaga, alat seadanya, dan bahan yang dikumpulkan bersama. Mereka menyebutnya gotong royong, tradisi lama yang tetap hidup di tengah keterbatasan.

Disampaikan Suprianto,  jalan tersebut, sepanjang kurang lebih 300 meter, sejatinya berstatus sebagai jalan kabupaten yang pembangunannya dulu dibiayai APBD. Belasan tahun lalu, permukaannya dicor rabat beton. Namun, waktu telah mengikis kekuatannya. Permukaan mulai retak, lubang menganga di beberapa titik, dan bahu jalan terkikis hingga menyisakan tebing rawan longsor.

Bagi warga, kondisi ini bukan sekadar masalah kenyamanan berkendara. Jalan ini adalah akses utama anak-anak menuju sekolah, jalur penghubung ke pusat kegiatan ekonomi desa, sekaligus jalan vital untuk layanan darurat.

Upaya formal sudah mereka tempuh. Proposal perbaikan telah diajukan ke Pemerintah Kabupaten Lampung Barat. Namun, sambil menunggu realisasi, warga memilih tidak tinggal diam. “Kalau dibiarkan menunggu, kerusakannya bisa makin parah,” ujar salah seorang tokoh masyarakat yang memimpin kegiatan itu.

Dengan pasir, semen, dan batu yang dibeli dari patungan, warga menutup lubang-lubang besar dan merapikan tepi jalan. Meski hasilnya tidak sempurna seperti perbaikan permanen, setidaknya cukup membuat perjalanan lebih aman, terutama saat musim hujan ketika genangan air kerap menutupi lubang.

Kegiatan ini bukan yang pertama kali mereka lakukan. Beberapa tahun terakhir, gotong royong menjadi solusi sementara untuk infrastruktur yang rusak. Bagi mereka, menjaga jalan berarti menjaga denyut kehidupan pekon. Dan di Pekon Sukananti, semangat itu tetap terjaga. (rinto/lusiana)

Kategori :