Lampung Barat Jadi Zona Strategis Evakuasi Jika Terjadi Mega-Thrust

ilustrasi--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Barat menegaskan bahwa potensi gempa besar akibat aktivitas zona mega-thrust di perairan barat Sumatra bukan isapan jempol. Ancaman ini nyata dan perlu diantisipasi seluruh masyarakat di Provinsi Lampung, khususnya di wilayah barat yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia.

Kepala Pelaksana BPBD Lambar, Padang Priyo Utomo, menjelaskan menurut hasil kajian peta risiko kebencanaan, lima wilayah di Provinsi Lampung berpotensi terdampak jika gempa besar terjadi di zona subduksi Enggano, yakni Lampung Barat, Pesisir Barat, Tanggamus, Pesawaran, Lampung Selatan, dan Bandar Lampung.

“Kalau kita bicara potensi mega-thrust, itu betul adanya. Termasuk Lampung Barat, karena wilayah ini berada di jalur yang kuat terdampak,” kata Padang. 

Secara geografis, Lampung Barat berdiri di atas Sesar Semangko, bagian dari jalur Sesar Besar Sumatra (SBS) yang membentang dari Aceh hingga Lampung. Kondisi ini membuat wilayah tersebut memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap guncangan gempa bumi.

“Kita hidup di atas sesar besar paling terkenal di Sumatra. Kalau terjadi mega-thrust di laut, getaran di daratan Lampung Barat pasti ikut terpengaruh,” ujarnya.

Posisi geografis Lampung Barat yang berada di dataran tinggi menjadikan daerah ini sebagai wilayah benteng terakhir jika tsunami besar melanda pesisir barat Lampung. Lampung Barat juga menjadi jalur penghubung strategis antara wilayah pantai Krui dan kawasan dataran tinggi Liwa–Suoh.

“Kalau tsunami datang dari arah Krui, maka Liwa menjadi titik aman. Sebaliknya, jika tsunami dari arah Tanggamus, Suoh-lah yang paling aman karena terlindung pegunungan,” jelas Padang.

Dalam skenario mitigasi bencana, Kecamatan Suoh ditetapkan sebagai titik pengungsian besar. Akses jalannya yang memadai memungkinkan pergerakan cepat bagi warga pesisir menuju dataran tinggi.

Padang juga mengusulkan agar jalur nasional Liwa–Krui ditetapkan sebagai aset strategis nasional untuk mitigasi bencana, sebab rute tersebut menjadi jalur utama evakuasi dan logistik darurat.

Sebagai bagian dari penguatan mitigasi, BPBD Lampung Barat terus memperluas pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana), memperbanyak simulasi evakuasi tsunami, dan meningkatkan sistem peringatan dini di titik rawan.

“Lampung Barat menjadi wilayah prioritas dalam program penguatan mitigasi karena berada di jalur sesar aktif dan menjadi pintu evakuasi dari arah pesisir barat,” ujar Padang.

Pemerintah Kabupaten Lampung Barat di bawah kepemimpinan Bupati Parosil Mabsus telah mencanangkan daerahnya sebagai Kabupaten Tangguh Bencana, dengan menyusun Kajian Risiko Bencana (KRB) yang mencakup delapan potensi bencana besar, termasuk gempa bumi.

BPBD juga membentuk Satgas Pekon, Puskesmas Aman Bencana, dan Persatuan Aman Bencana (PSAB), disertai penguatan fasilitas publik seperti sekolah, puskesmas, dan perkantoran agar memenuhi standar keamanan bencana.

Padang mengingatkan dua peristiwa besar yang pernah mengguncang Lampung Barat: gempa Suoh tahun 1933 dan gempa Liwa tahun 1994 berkekuatan 6,8 magnitudo, yang merusak ribuan rumah dan menewaskan puluhan warga.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan