Harga BBM Non Subsidi Turun, Solar Malah Naik

Sabtu 16 Aug 2025 - 18:55 WIB
Reporter : Edi Prasetya

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di Indonesia mulai 1 Agustus 2025 menimbulkan dinamika baru di pasar energi domestik. Semua badan usaha besar, mulai dari PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia, BP-AKR hingga PT Vivo Energy Indonesia, menurunkan harga bensin non subsidi, sementara produk solar justru mengalami kenaikan signifikan.

Di DKI Jakarta, Pertamina menurunkan harga Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp12.200 per liter. Produk premium lain seperti Pertamax Turbo dan Pertamax Green juga turun menjadi Rp13.200 dan Rp13.000 per liter. Shell menyesuaikan harga Super dan V-Power dengan tren serupa, namun V-Power Diesel naik menjadi Rp14.380 per liter. BP-AKR dan Vivo Energy juga menurunkan harga bensin, tetapi diesel tetap lebih mahal.

Menurut pengamat energi dari Institut Energi dan Sumber Daya Mineral, penurunan harga bensin merupakan respons terhadap stabilisasi harga minyak global dan upaya meringankan beban masyarakat. “Penurunan harga bensin akan meningkatkan daya beli konsumen dan berpotensi mendorong konsumsi transportasi pribadi. Namun kenaikan solar bisa menimbulkan tekanan biaya bagi sektor logistik dan transportasi publik,” ujarnya.

Fenomena perbedaan tren harga antara bensin dan solar disebabkan faktor pasokan dan permintaan. Konsumsi bensin lebih tinggi pada kendaraan pribadi, sehingga harga dapat dikompensasikan dengan pasokan yang cukup. Sementara solar digunakan lebih luas oleh industri dan angkutan logistik, sehingga kenaikan harga berdampak langsung pada biaya operasional.

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menekankan bahwa penyesuaian harga BBM non subsidi bersifat mekanisme pasar, dengan tetap memantau agar fluktuasi tidak menekan inflasi secara signifikan. Analis ekonomi menilai langkah ini strategis, karena memberi insentif bagi konsumen untuk memilih bahan bakar yang lebih efisien, sementara mendorong industri BBM tetap sehat secara finansial.

Dampak langsung dari kebijakan ini mulai terlihat pada transportasi umum dan logistik. Kenaikan harga solar, misalnya, mendorong perusahaan angkutan menyesuaikan tarif, yang secara tidak langsung berpengaruh pada biaya distribusi barang. Sebaliknya, penurunan harga bensin bisa menstimulus mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi di perkotaan.

Dengan skema harga yang lebih selektif, pemerintah dan pelaku usaha BBM diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan konsumen dan keberlanjutan industri. Konsumen pun disarankan cermat memilih jenis bahan bakar sesuai kebutuhan, mengingat perbedaan tren harga antara bensin dan solar ini diperkirakan akan berlangsung dalam jangka menengah.(*/edi)

Kategori :