Pekon Buay Nyerupa Jadi Lokasi Terakhir Pembentukan Destana 2025

Kamis 04 Sep 2025 - 19:40 WIB
Reporter : Lusiana Purba

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Program pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Barat resmi berakhir di Pekon Buay Nyerupa, Kecamatan Sukau, Kamis (4/9/2025).

Pekon ini menjadi titik penutup dari rangkaian kegiatan pembentukan Destana tahun 2025, setelah sebelumnya dilaksanakan di Pekon Sidomulyo, Kecamatan Pagar Dewa pada 2 September, dan Pekon Trimulyo, Kecamatan Gedung Surian pada 3 September.

Kegiatan ini digelar untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan tim relawan pekon dalam menghadapi berbagai potensi bencana. Melalui program ini, warga dibekali pengetahuan dan keterampilan dasar penanggulangan bencana, mulai dari peringatan dini hingga pertolongan pertama.

Kepala BPBD Lampung Barat melalui tim pelaksana menyampaikan, pembentukan Destana bertujuan menciptakan desa yang tangguh, mandiri, dan siap siaga menghadapi kondisi darurat. “Ini bagian dari upaya memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dari bawah,” ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut, hadir dua pemateri utama yaitu Agung Setiadi dari BMKG Kotabumi, dan Meriansyah dari Palang Merah Indonesia (PMI) Lampung Barat.

Perwakilan BMKG Kotabumi Agung Setiadi memaparkan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap informasi kebencanaan, terutama peringatan dini dari BMKG. Menurutnya, respons cepat terhadap peringatan bisa menyelamatkan banyak nyawa. “Masyarakat harus paham langkah awal saat mendapat informasi potensi bencana,” katanya.

Sementara itu, Meriansyah dari PMI Lampung Barat memberikan pelatihan seputar pertolongan pertama dan evakuasi korban bencana. Ia menekankan bahwa kemampuan dasar seperti penanganan luka, CPR, hingga evakuasi mandiri, wajib dikuasai oleh anggota Destana. “Keterampilan ini sangat penting dalam upaya meminimalisir korban jiwa saat terjadi bencana,” terangnya.

BPBD berharap, melalui kegiatan ini, masing-masing pekon dapat membentuk tim relawan yang solid, terorganisir, dan mampu bergerak cepat. Tidak hanya itu, masyarakat juga diimbau aktif dalam simulasi dan pelatihan lanjutan agar tetap siaga menghadapi ancaman bencana alam, seperti gempa, banjir, atau longsor. (lusiana)

Kategori :