Jalan Pancurmas–Ujungrembun Masih Menjadi PR Panjang

JALUR setapak yang rusak ini menjadi satu-satunya akses warga Ujungrembun dan Pancurmas menuju pusat kecamatan, sekaligus jalur distribusi hasil bumi seperti kopi dan cokelat. Foto Dok. Warga--

LUMBOKSEMINUNG — Harapan masyarakat dua pekon di ujung selatan Kecamatan Lumbokseminung, Kabupaten Lampung Barat, untuk menikmati jalan utama yang benar-benar layak, masih belum terwujud. Hingga kini, ruas jalan penghubung Pekon Pancurmas dan Pekon Ujungrembun masih berupa jalan setapak berbatu dan sebagian rusak parah, meski menjadi akses utama warga untuk aktivitas sehari-hari.

Medan yang terjal dan kontur perbukitan menjadikan perjalanan menuju kedua pekon tersebut penuh tantangan. Dari total 11 pekon di Kecamatan Lumbokseminung, wilayah Pancurmas dan Ujungrembun termasuk yang paling sulit dijangkau, terutama saat musim hujan.

“Kalau sudah hujan, kendaraan roda dua pun sulit lewat. Kadang harus didorong atau dituntun. Kalau tidak terbiasa, bisa terpeleset karena tanjakannya curam dan jalannya licin,” ujar Suwito, salah satu warga.

Menurutnya, kondisi itu sudah berlangsung lebih dari satu dekade tanpa peningkatan berarti. Warga yang ingin keluar dari wilayah pekon, baik untuk ke pasar maupun ke fasilitas kesehatan di pusat kecamatan, sering kali harus menyewa ojek profesional yang memang terbiasa melintas di medan ekstrem.

“Sudah biasa kalau warga sini pakai jasa ojek. Tapi tidak semua orang berani, karena jalannya sempit dan menanjak. Kalau musim hujan, butuh waktu dua kali lipat untuk sampai ke jalan utama Liwa–Lumbok,” tambahnya.

Padahal, Pancurmas dan Ujungrembun merupakan dua wilayah penghasil komoditas unggulan Lampung Barat seperti kopi, cokelat, kayu manis, dan lada. Potensi hasil bumi ini besar, namun akses jalan yang rusak membuat biaya angkut dan distribusi menjadi tinggi.

Menanggapi hal itu, Peratin Pekon Pancurmas Dadang Ermayadi mengakui bahwa pembangunan jalan di wilayahnya masih terbatas dan sebagian besar dilakukan dengan cara swadaya masyarakat.

“ Selama ini kami bersama warga bergotong royong memperbaiki titik-titik yang rusak parah agar bisa tetap dilewati, terutama untuk kendaraan roda dua,” ungkap Dadang.

Ia menjelaskan, beberapa ruas di rabat beton dan diratakan dengan batu dan tanah agar lebih stabil, namun sebagian besar jalur masih membutuhkan peningkatan infrastruktur yang lebih permanen.

“Warga di sini semangat gotong royongnya tinggi, tapi kemampuan kami terbatas. Harapan kami tentu agar jalan ini bisa mendapat perhatian dan segera dibangun dengan standar yang lebih baik,” ujarnya.

Menurut Dadang, akses jalan bukan hanya soal kemudahan transportasi, tetapi juga berkaitan langsung dengan perekonomian dan pendidikan warga. Banyak hasil bumi yang seharusnya bisa dijual dengan harga lebih baik jika jalur distribusi lancar.

“Kalau jalan bagus, hasil kopi dan cokelat bisa cepat keluar. Anak-anak juga lebih mudah ke sekolah. Jadi, pembangunan jalan ini sangat dinanti oleh seluruh warga,” pungkasnya.(edi/nopri)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan