Erupsi Gunung Lewotobi Berdampak pada Pariwisata Labuan Bajo: Bandara Ditutup, Pembatalan Hotel Meningkat
Tampak Wisatawan nusantara dan mancanegara saat akan naik ke kapal Pelni, di Pelabuhan Labuan Bajo./Foto:dok/net.--
Radarlambar.Bacakoran.co - Erupsi Gunung Lewotobi yang terjadi pada Sabtu, 9 November 2024, hingga Rabu, 13 November 2024, menyebabkan penutupan Bandara Komodo Labuan Bajo. Dampak dari bencana alam ini tidak hanya mengganggu aktivitas penerbangan, tetapi juga memberi pukulan keras bagi sektor pariwisata di kawasan tersebut.
Penutupan Bandara Ganggu Mobilitas Wisatawan
Bandara Komodo yang menjadi pintu gerbang utama Labuan Bajo ditutup selama lima hari, mengakibatkan banyak wisatawan yang tertahan di daerah ini. Direktur Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Fransiskus Teguh, menjelaskan bahwa penutupan bandara ini menyebabkan banyak pembatalan pesanan kamar hotel, dengan jumlah yang bervariasi mulai dari 77 hingga 606 kamar per malam. Pembatalan ini berdampak besar bagi pendapatan hotel-hotel di Labuan Bajo yang sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Namun, meskipun banyak pembatalan, beberapa hotel di kawasan ini tetap berusaha membantu wisatawan yang terdampak. Beberapa hotel bahkan memberikan potongan harga hingga 30% untuk wisatawan yang masih bertahan di sana. Meski kondisi ini sulit, pihaknya tetap berusaha memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang ada.
Langkah Mitigasi dan Solusi untuk Pemulihan
Bersama dengan berbagai pihak terkait, BPOLBF tengah merumuskan langkah-langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh erupsi ini. Salah satu fokus utama adalah memastikan agar sektor pariwisata di Labuan Bajo bisa kembali berjalan dengan aman dan lancar begitu situasi membaik. Pihaknya hanya berharap kondisi itu segera pulih, dan wisatawan kembali merasa aman untuk mengunjungi Labuan Bajo. Bahkan, pihaknya telah bekerja sama dengan semua pihak untuk mengembalikan kepercayaan wisatawan.
Selain itu, untuk wisatawan yang masih tertahan di Labuan Bajo, pihak BPOLBF bersama berbagai operator transportasi, seperti KSOP, Pelni, ASDP, Dharma Lautan Utama, dan penyedia speedboat, telah mengkoordinasikan upaya evakuasi dengan menyediakan alternatif transportasi menuju pelabuhan Sape di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kerugian Bagi Pengusaha Pariwisata
Salah satu pengusaha yang turut merasakan dampak besar adalah Robertus Hormat, pemilik Sudamala Komodo Resort. Ia mengungkapkan bahwa pada Selasa, 12 November 2024, resortnya mengalami kerugian hingga Rp 900 juta akibat penutupan bandara. Hal itu menjadi tantangan besar bagi. Tapi, pihaknya tetap berupaya memberikan solusi dengan menyediakan layanan speedboat bagi wisatawan yang hendak meninggalkan Labuan Bajo.
Harapan untuk Pemulihan yang Cepat
Meski situasi ini memberikan tekanan besar pada pengusaha dan sektor pariwisata di Labuan Bajo, pihak BPOLBF dan pemangku kepentingan lainnya tetap optimistis akan pemulihan yang cepat. Semua pihak berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi krisis ini dan memastikan bahwa pariwisata Labuan Bajo akan kembali bangkit, dengan tetap mengutamakan keselamatan wisatawan dan penduduk setempat.
Semua pihak berharap agar aktivitas wisata dapat kembali berjalan dengan lancar, memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal, dan mengembalikan kepercayaan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata unggulan di Flores tersebut.