Presiden Palestina Mahmoud Abbas Tentukan Pengganti Sementara untuk Antisipasi Kekosongan Kekuasaan

Presiden Plaestina Mahmoud Abbas. Foto/net --

Radarlambar.bacakoran.co - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang telah menjabat sejak 2005, telah mengambil langkah preventif untuk mencegah terjadinya kekosongan kekuasaan apabila ia meninggal dunia atau mengundurkan diri. Pada Rabu malam (28/11), Abbas mengumumkan bahwa Ketua Dewan Nasional Palestina, Rawhi Fattouh, akan menjabat sebagai presiden sementara jika situasi tersebut terjadi. Fattouh, yang saat ini berusia 75 tahun, akan memimpin selama maksimal 90 hari, dengan syarat pemilihan presiden baru harus dilaksanakan dalam periode tersebut.

Langkah ini diambil untuk memastikan kelangsungan pemerintahan dan menghindari kekosongan kepemimpinan di Palestina. Fattouh sebelumnya pernah menjabat sebagai pemimpin sementara setelah kematian Yasser Arafat pada tahun 2004, sehingga pengalaman kepemimpinannya di level ini sudah terbukti. Meskipun demikian, Fattouh tidak ditunjuk sebagai wakil presiden tetap, yang menambah ketidakpastian mengenai suksesi kepemimpinan di Palestina.

Kesehatan dan Spekulasi Suksesi Abbas

Keputusan ini muncul setelah kekhawatiran terkait kesehatan Abbas yang semakin menurun. Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatannya sering kali terganggu, memicu spekulasi tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai presiden. Abbas sendiri tidak memiliki wakil presiden resmi, meskipun ada tekanan dari negara-negara seperti Arab Saudi agar ia menunjuk seorang wakil yang tetap. Namun, Abbas belum mengambil langkah tersebut.

Penurunan Popularitas dan Tantangan dari Israel

Popularitas Abbas juga terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan pada September lalu, sekitar 89% warga Palestina di Tepi Barat menginginkan Abbas untuk mundur dari jabatannya. Di tengah penurunan ini, Abbas juga menghadapi tantangan dari Israel. Menteri Pertanian Israel, Avi Dichter, menegaskan bahwa jika kelompok Hamas berusaha mengambil alih jabatan presiden Palestina, militer Israel akan langsung campur tangan di Tepi Barat, yang menambah kompleksitas situasi politik di wilayah tersebut.

Proses Pemilihan yang Terhambat

Abbas pertama kali terpilih pada 2005 untuk masa jabatan empat tahun, namun sejak saat itu tidak ada lagi pemilihan presiden. Ketidakmampuan untuk mengadakan pemilu presiden di Palestina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidakstabilan politik, dan memperburuk citra Abbas di mata publik Palestina.

Tantangan di Masa Depan

Langkah pengangkatan Fattouh sebagai presiden sementara mencerminkan upaya Abbas untuk menjaga kelangsungan pemerintahan di Palestina dalam menghadapi potensi ketidakpastian kepemimpinan. Meskipun demikian, masa depan politik Palestina tetap penuh tantangan, baik dari dalam negeri maupun eksternal, terutama terkait dengan hubungan dengan Israel dan spekulasi mengenai suksesi kepemimpinan.

Abbas harus menghadapi kenyataan bahwa popularitasnya terus menurun, dan banyak pihak yang mulai meragukan kemampuannya untuk memimpin Palestina ke depan. Terlepas dari itu, keputusan yang diambil Abbas mengenai suksesi ini menunjukkan betapa pentingnya stabilitas politik di Palestina di tengah ketegangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan