Petualangan Menelusuri Keindahan dan Keunikan Sulawesi Utara: Dari Bandara Sam Ratulangi hingga Tu'ur Ma'aseri

Keindahan Sulawesi Utara. Foto/net--

Radarlambar.bacakoran.co - Sang Surya perlahan bergerak menuju peraduannya ketika pesawat yang membawa saya dan Arai akhirnya mendarat di Bandara Sam Ratulangi, Manado.

Hari itu, perjalanan panjang yang dimulai sejak sebelum adzan Subuh di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, akhirnya tiba di tujuan. Setibanya di Surabaya untuk transit, saya bertemu Arai, seorang Kompasianer cantik asal Kota Batu, Jawa Timur, yang kemudian menjadi teman seperjalanan saya ke Manado. Kami berdua tentu sangat antusias, mengingat perjalanan ini adalah bagian dari acara seminar internasional tentang Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DSP) Likupang yang diselenggarakan oleh Kompasiana dan Kementerian Pariwisata.

Perjalanan Estafet yang Penuh Warna
Perjalanan menuju Manado tidaklah singkat. Kami terbang dari Banjarmasin, transit di Surabaya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Makassar, sebelum akhirnya sampai di Manado. Selama perjalanan estafet ini, kami tidak hanya menikmati suasana penerbangan, tetapi juga sempat meresapi sensasi perjalanan lintas pulau yang penuh dengan cerita. Semua pengalaman ini saya bagikan dalam artikel sebelumnya yang berjudul Perjalanan Banjarmasin-Manado, Serunya Menapaktilasi Bentang Lebar Nusantara.

Setelah menyelesaikan urusan bagasi di Bandara Sam Ratulangi, kami pun melanjutkan perjalanan menuju tempat penginapan. Ternyata, ada kejutan lain! Rombongan kami yang terdiri dari Kompasianer dari berbagai kota — Jakarta, Palembang, Padang — tidak langsung menuju hotel untuk check-in. Sebaliknya, kami diajak menuju Kota Tomohon, lebih tepatnya ke Tu'ur Ma'asering, sebuah destinasi yang tidak tercantum dalam jadwal awal, namun menjadi bonus yang sangat menarik!

Tu'ur Ma'asering: Puncak Keindahan dan Kuliner Khas Manado
Dengan penuh semangat meskipun lelah akibat perjalanan panjang, kami menyusuri jalanan berliku dan ramai menuju Tu'ur Ma'asering di Kota Tomohon. Di sepanjang perjalanan, saya dan Arai menikmati cerita-cerita menarik yang dibagikan oleh Oom Driver, yang ternyata memiliki pengetahuan luas tentang pariwisata dan budaya Sulawesi Utara. Beliau dengan sabar menjelaskan berbagai hal tentang daerah yang kami lewati, mulai dari adat istiadat hingga destinasi wisata yang belum banyak dikenal.

Namun, suasana perjalanan semakin dramatis saat gelap malam mulai menyelimuti kami, ditambah dengan kabut tipis yang datang tiba-tiba. Jalanan yang semakin menanjak dan sepi menambah sensasi “dunia lain” yang kami rasakan. Tiba-tiba, beberapa dari kami mulai merasa mabuk darat, perut mual, dan kepala pening. Ah, rupanya perjalanan ini memang mengundang berbagai sensasi tak terduga!

Namun, semua kepenatan itu segera terlupakan begitu kami tiba di Tu'ur Ma'asering. Begitu turun dari minibus, udara dingin pegunungan yang menusuk langsung menyambut kami. Tak hanya udara sejuk, pemandangan indah yang menghadap ke kebun Pohon Seho di ketinggian 1.230 meter di atas permukaan laut, membuat semua lelah seolah hilang seketika.

Kuliner Khas Manado yang Menggugah Selera
Sesampainya di Tu'ur Ma'asering, kami disambut dengan berbagai hidangan tradisional Manado yang kaya akan rempah. Nasi kuning dengan lauk ikan tuna suwiran, rica-rica sapi, ayam woku, dan Tuna Pedas menjadi hidangan utama yang berhasil menggugah selera kami yang sudah sangat lapar. Tak ketinggalan, Pisang Goroho dengan sambal roa yang pedas dan Cucur serta Klepon Gendut yang ukurannya lebih besar dari biasanya, menjadi sajian penutup yang menyenangkan. Semua hidangan ini terasa semakin nikmat berkat rasa jahenya yang kuat, ciri khas masakan Manado.

Di tengah suasana makan yang penuh kehangatan, kami juga dikenalkan dengan Saguer, air nira segar dari pohon Seho yang belum difermentasi. Rasanya manis, sangat segar, dan memberi energi tambahan setelah perjalanan panjang. Mungkin banyak yang belum tahu, tapi pohon Seho atau Arenga pinnata memiliki banyak manfaat, baik secara ekonomi maupun ekologis. Dari air nira yang diolah menjadi gula aren dan Cap Tikus, hingga seratnya yang digunakan untuk berbagai kerajinan tangan dan sapu.

Proses Penyulingan Saguer Menjadi Cap Tikus
Tentu saja, pengalaman di Tu'ur Ma'asering tak lengkap tanpa melihat langsung proses penyulingan Saguer menjadi Cap Tikus, minuman beralkohol tradisional Sulawesi Utara. Di tempat ini, kami diberi kesempatan untuk melihat instalasi penyulingan dari bambu yang panjangnya mencapai 50 meter. Menariknya, proses ini tidak dilakukan secara rutin untuk produksi Cap Tikus, melainkan sebagai demonstrasi bagi pengunjung yang ingin mengetahui cara pengolahan saguer secara tradisional.

Untuk menambah keunikan pengalaman, kami diberi kesempatan untuk menguji kadar alkohol dalam Cap Tikus dengan cara yang cukup unik: tes bakar nyala! Kami meneteskan sedikit sampel air saguer di lantai, kemudian menyulutnya dengan api. Begitu api menyala dengan warna biru, kami pun bisa merasakan betapa tingginya kadar alkohol dalam minuman tersebut. Tentunya, ini bukan untuk dicoba sembarangan!

Manfaat Pohon Seho yang Luar Biasa
Pohon Seho memang luar biasa. Selain sebagai sumber bahan baku kuliner, pohon ini juga memiliki manfaat ekologis yang besar. Akar serabutnya yang kuat mencegah erosi tanah, sementara batang dan pelepah daunnya digunakan untuk kayu bakar dan berbagai kerajinan tangan. Begitu banyak manfaat yang ditawarkan oleh pohon yang tumbuh subur di dataran tinggi ini, menjadikannya sangat penting bagi masyarakat sekitar.

Menutup Hari dengan Kenangan Tak Terlupakan
Setelah menikmati kuliner dan menyaksikan proses pembuatan Cap Tikus, kami akhirnya beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Di tengah suhu yang dingin dan kabut yang semakin pekat, saya menyadari betapa luar biasanya perjalanan ini. Sulawesi Utara, dengan segala keunikan dan kekayaan alamnya, telah memberikan kami pengalaman yang tak terlupakan.

Perjalanan ini, yang penuh dengan kejutan, pengetahuan baru, dan rasa lapar yang terpuaskan, benar-benar membuka mata saya tentang keindahan yang ada di balik sudut-sudut Indonesia yang mungkin belum banyak dijelajahi. Tentunya, saya tak sabar untuk kembali lagi ke Sulawesi Utara, menjelajahi lebih banyak tempat, dan menikmati kuliner khas yang menggugah selera. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan