Masalah Byarpet Srimenanti Belum Teratasi, Peratin Minta Penanganan Maksimal
Ilustrasi Listrik "Byarpet"--
AIRHITAM - Permasalahan kurangnya daya listrik (byarpet) di Pekon Srimenanti, Kecamatan Airhitam, Kabupaten Lampung Barat (Lambar), hingga kini masih menjadi momok bagi masyarakat.
Kendati PLN telah melakukan upaya penambahan trafo pekan lalu, kenyataan di lapangan menunjukkan masalah ini belum dapat sepenuhnya teratasi. Kondisi ini semakin membuat masyarakat resah, mengingat gangguan listrik ini telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Menurut Anggi Ismanto, S.Pd., Peratin (kepala desa) Pekon Srimenanti, byarpet menjadi masalah utama yang sangat mengganggu aktivitas warga, terutama pada malam hari. Ia menyebutkan bahwa gangguan listrik tersebut paling sering terjadi antara pukul 18.00 hingga 22.00 Wib, saat masyarakat sedang membutuhkan listrik untuk penerangan dan berbagai aktivitas lainnya.
”Kami sangat terganggu dengan kondisi ini. Setiap malam, masyarakat tidak bisa menikmati listrik dengan maksimal. Gangguan ini tidak hanya berdampak pada kenyamanan, tapi juga aktivitas ekonomi dan pendidikan warga,” ujar Anggi dengan penuh keprihatinan.
Anggi mengakui bahwa pihak PLN telah melakukan upaya seperti penambahan trafo baru di wilayah tersebut. Namun, langkah tersebut belum memberikan hasil yang diharapkan. ”Penambahan trafo memang sudah dilakukan, tetapi hasilnya belum optimal. Pasokan listrik masih sering terganggu, terutama saat beban penggunaan listrik meningkat,” ungkapnya.
Ia mendesak PLN untuk segera mengambil tindakan yang lebih konkret, seperti melakukan survei ulang terhadap kebutuhan daya listrik di Pekon Srimenanti. Penambahan gardu listrik dinilai sebagai salah satu solusi yang dapat mengatasi masalah ini secara jangka panjang.
Kondisi byarpet yang berkepanjangan ini memberikan dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat. Bukan hanya aktivitas rumah tangga yang terganggu, tetapi juga sektor pendidikan dan ekonomi. Anak-anak yang ingin belajar di malam hari seringkali kesulitan karena kurangnya pencahayaan.
”Saya sering mendengar keluhan dari orang tua di sini. Anak-anak mereka kesulitan belajar karena listrik sering mati. Bagaimana mereka bisa fokus kalau setiap malam lampu padam?,” kata Anggi.
Selain itu, pelaku usaha kecil yang bergantung pada listrik juga ikut terdampak. Beberapa warga yang menjalankan bisnis seperti toko kelontong, usaha kuliner, atau layanan fotokopi mengaku harus mengalami kerugian karena gangguan pasokan listrik.
”Masyarakat di sini sangat membutuhkan solusi. Kalau begini terus, tidak hanya ekonomi yang terganggu, tetapi juga masa depan anak-anak kita,” tambahnya.
Anggi berharap agar PLN dapat segera mencari solusi permanen untuk masalah ini. Ia juga menyerukan agar pemerintah daerah turut turun tangan dalam menyelesaikan persoalan ini. Menurutnya, infrastruktur kelistrikan yang memadai adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus diprioritaskan.
”Kami butuh perhatian serius dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan PLN. Ini bukan masalah kecil karena berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat,” tegas Anggi.
Ia menambahkan bahwa pemerintah desa siap mendukung PLN dalam menyelesaikan masalah ini, baik melalui koordinasi maupun penyediaan data kebutuhan listrik di wilayah tersebut. "Kami siap bekerja sama dengan PLN. Namun, kami juga butuh tindakan nyata, bukan sekadar wacana," imbuhnya.
Masalah ini juga menjadi perhatian banyak pihak di luar masyarakat Pekon Srimenanti. Beberapa tokoh masyarakat setempat telah mengusulkan agar pemerintah kabupaten menjadikan peningkatan infrastruktur listrik sebagai prioritas pembangunan. Mereka percaya bahwa listrik yang memadai akan membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup warga.