Prediksi Puncak Salju Gunung Jayawijaya di Papua Hilang dalam Dua Tahun
Puncak Gunung Jayawijaya Terletak di Pegunungan Jayawijaya, Papua Terkenal dengan Salju Abadi. - Foto Google/Net--
Radarlambar.bacakoran.co – Puncak Gunung Jayawijaya yang terletak di Pegunungan Jayawijaya, Papua, selama ini dikenal dengan salju abadi yang melapisi puncaknya. Namun, para ilmuwan memperkirakan bahwa dalam dua tahun mendatang, salju yang telah lama menjadi ciri khas gunung tersebut kemungkinan besar akan hilang. Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin yang berlokasi di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Menurut Reza, seorang prakirawan BMKG, berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian terbaru, salju yang menutupi puncak gunung ini menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2022, area yang tertutup salju tercatat mencapai sekitar 0,23 kilometer persegi. Namun, luasnya berkurang dengan cepat menjadi antara 0,11 hingga 0,16 kilometer persegi dalam beberapa tahun terakhir. Ketebalan salju yang tersisa saat ini bahkan hanya sekitar empat meter, menunjukkan bahwa proses pencairannya semakin pesat.
Penyebab Utama: Perubahan Iklim dan Curah Hujan
Faktor utama yang menyebabkan fenomena ini adalah perubahan iklim global yang berpengaruh terhadap curah hujan dan suhu di kawasan tersebut. Sebelumnya, embun dan uap air di puncak gunung ini membeku menjadi salju, namun kini dengan meningkatnya intensitas hujan di daerah tersebut, proses pencairan menjadi lebih cepat. "Dulu, embun dan uap air di Puncak Jayawijaya akan membeku menjadi salju, tetapi sekarang hujan lebih sering turun, yang mempercepat proses pencairannya," ungkap Reza.
Selain curah hujan yang tinggi, proses pencairan juga dipicu oleh panas yang berasal dari bawah permukaan tanah, yang mempercepat proses tersebut. Ada dua faktor yang sangat mempengaruhi, yakni pencairan salju dari atas akibat hujan dan pencairan dari bawah karena panas bebatuan yang ada di puncak.
Dampak Lingkungan dan Masyarakat Lokal
Proses pencairan salju yang terjadi dengan cepat bukan hanya menjadi masalah lingkungan di sekitar Gunung Jayawijaya, tetapi juga dapat memengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Salju yang mencair menjadi salah satu sumber air bagi warga di dataran rendah yang bergantung pada aliran sungai yang berasal dari puncak gunung ini. Hilangnya salju tentu akan memengaruhi sistem ekologi dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Di sisi lain, Gunung Jayawijaya atau Carstensz Pyramid, yang dikenal sebagai salah satu titik tertinggi di Indonesia, juga memiliki daya tarik bagi para pendaki dan wisatawan. Jika fenomena ini berlanjut, tidak hanya akan mengubah wajah alam, tetapi juga berdampak pada potensi pariwisata di kawasan tersebut.
Perubahan Iklim: Tanggung Jawab Bersama
Perubahan yang terjadi di Puncak Jayawijaya adalah peringatan nyata bagi masyarakat global tentang dampak perubahan iklim yang semakin terasa. Oleh karena itu, Reza berharap agar lebih banyak pihak yang peduli terhadap isu ini, karena hilangnya salju di puncak gunung ini akan memberikan dampak jangka panjang yang tidak hanya terbatas pada ekosistem, tetapi juga pada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat lokal.
Sebagai informasi, Pegunungan Jayawijaya yang juga dikenal dengan nama Carstensz, pertama kali ditemukan oleh pelaut Belanda Jan Carstensz pada tahun 1623. Penurunan salju ini menjadi sebuah simbol yang menunjukkan betapa pentingnya untuk terus melakukan tindakan nyata guna memerangi perubahan iklim, yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, dari ekosistem alam hingga kesejahteraan manusia. (*)